Kota Malang, blok-A.com — Kasus HIV/AIDS di Malang sangat meningkat pesat di tahun 2022. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, total kasus HIV/AIDS tahun 2022 di Kota Malang terdapat 298 kasus, terhitung sejak Januari-Agustus 2022.
Dari kasus tersebut, terdapat 116 anak yang mengidap HIV/AIDS.
Angka ini hampir 2 kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 172 kasus.
Menurut Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sri Sunaringsih Ika Wardojo, banyaknya jumlah pengidap itu terjadi karena tingginya mobilisasi masyarakat di Kota Pendidikan tersebut. Berbagai kebudayaan dari berbagai wilayah telah bercampur di Kota Malang.
“Keterbukaan atas kelompok-kelompok rentan HIV-AIDS, seperti LGBT dan seks bebas juga turut berkontribusi meningkatkan angka kenaikan HIV di Kota Malang,” kata Ika.
Selain itu, sesuai dengan data dari Dinas Kesehatan Kota Malang, terdapat 116 kasus HIV/AIDS yang menyerang anak.
blok-A.com melakukan survei kepada 30 siswa di salah satu SMA di Kota Malang.
Hasilnya, 5 dari 30 siswa tersebut sudah melakukan hubungan seksual. Mereka juga mengaku tidak menggunakan kondom atau pengaman saat melakukan hubungan seksual.
Banyak diantara siswa tersebut yang tidak mendapatkan pendidikan seksual yang proper, baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga.
Salah satu siswa mengakui bahwa dirinya hanya mendapat pendidikan seksual di lingkungan kelurga terkait menstruasi saja. Ia tidak diberikan pengetahuan tentang cara pengecekan HIV/AIDS.
Terpisah, dalam penelitian yang dilakukan oleh Ika, hasil penelitian menunjukan terdapat permasalahan psikososial akibat pandangan negatif dan rendahnya dukungan dari orang sekitar.
Jika permasalahan tersebut terjadi dalam jangka panjang, menurut Ika, dapat meningkatkan depresi dan menurunkan tingkat kualitas hidup orang dengan HIV-AIDS (ODHA).
Untuk membantu para ODHA, Ika menyarankan, perlu adanya edukasi secara simultan kepada masyarakat. Hal ini terjadi mengenai informasi penularan, pencegahan, dan pengecekan berkala.
Selain itu, masyarakat juga harus diedukasi mengenai pentingnya pemberian dukungan sosial dan menghindari pelabelan negatif pada ODHA.
“Diharapkan dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut dapat mengurangi depresi dan meningkatkan kualitas hidup mereka dalam jangka panjang,” pungkasnya.(mg1/lio)
Discussion about this post