KOTA MALANG – Dualisme Arema sudah berlangsung selama 9 tahun.
Arema yang dulu ada satu, sekarang terbagi menjadi dua. Pertama ada Arema FC dengan legal PT. Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia yang berkompetisi di Liga 1 Indonesia. Kedua ada Arema Indonesia dengan legal PT. Arema Indonesia.
Dualisme tersebut pun membuat muak Aremania (sebutan suporter Arema). Supporter terbesar di Indonesia itu pun menginginkan dua kubu Arema untuk bersatu.
Gerakan bernama Make Malang Great Again (MMGA) dibuat Aremania untuk menyatukan dua kubu Arema itu. Berbagai upaya pun telah dilakukan seperti turun ke jalan, berunjuk rasa ke Wali Kota Malang Sutiaji, hingga memasang baliho.
Namun hingga kini Arema belum juga bersatu. Untuk itu, dalam podcast ABM Inside yang dipandu Abdul Muntholib mencoba menjawab alasan tak kunjung bersatunya Arema itu.
Dalam podcast tersebut, Abdul Muntholib mengundang dua kubu yang berseteru, yakni Arema FC yang diwakili Wakil Ceo of Arema FC Sudarmaji, empat perwakilan Aremania yang memunculkan gerakan MMGA, Andi Sinyo, Aan, Fanda, dan Vandi.
Sementara itu perwakilan dari Arema Indonesia Novi Acub Zaenal sayangnya berhalangan hadir di podcast yang digelar di And Coffee Space, Jumat (5/2).
Bagaimana solusi dari pertemuan itu?
Solusinya jajaran pengurus Yayasan Arema Indonesia musti bertemu untuk membahas bersatunya Arema.
Siapa saja? Pertama, ada mantan Ketua Yayasan Arema Indonesia M Nur. Kedua ada mantan Pembina Yayasan Arema Indonesia sekaligus Mantan Bupati Malang Rendra Kresna.
Nur dan Rendra harus bertemu karena dua sosok itu yang diketahui mendirikan dualisme yayasan.
Hal itu disampaikan oleh Sudarmaji dalam Podcast tersebut.
“Kalau mau selesai jawabannya satu. Pertemukan Pak Nur dan Pak Rendra. Soalnya saat Pak Nur menonaktifkan Yayasan Arema Indonesia di tahun 2011, Pak Nur bikin yayasan sendiri Pak Rendra juga,” kata ia.
Darmaji juga menjelaskan, dualisme yayasan itu disebabkan oleh adanya dua kompetisi waktu itu, Indonesia Super League dan Indonesia Premier League.
“Jadi untuk mempertahankan aset harus semuanya berjalan. Dua-duanya sama kok ingin eksistensi Arema tetap berlanjut,” tutur ia.
Namun selanjutnya ternyata yayasan tidak ada. Darmaji mengaku yayasan sudah tidak boleh menaungi tim sepak bola. Pemerintah musti mewajibkan pengelola tim sepak bola harus berbadan hukum Perserotan Terbatas (PT).
“Supaya bisa diambil pajaknya waktu itu. Makanya yayasan dispute tidak ada lagi. Dan ini yang harus dicari. Namun kan sekarang waktunya tidak pas pak Rendra sedang pesakitan,” kata ia.
Untuk itu, Darmaji mengaku, solusi untuk mengurai persoalan dualisme Arema yaitu dengan cara kultural.
Cara kultural itu pun sudah dilakukan gerakan MMGA.
Bagaimana gerakannya?
MMGA sendiri sudah berjalan sejak 2020 pertengahan.
Usahanya untuk menyatukan Arema yang paling mencolok adalah waktu turun ke jalan berunjuk rasa ke Pemerintah Kota Malang November 2020 lalu.
Hasilnya pun hingga kini masih belum menemukan titik temu. Wali Kota Malang Sutiaji sudah berusaha mencari pemilik Yayasan Arema Indonesia dan hasilnya Yayasan Arema Indonesia dibekukan.
“Makanya jika memang tidak lewat yayasan. Gerakan MMGA ini adalah cara secara kultural yang harus dilakukan. Kami support,” kata ia.
Tidak hanya itu, MMGA kini juga tengah sibuk memasang baliho bertuliskan ajakan untuk mencari Yayasan Arema Indonesia.
Baliho dipasang di mana-mana. Sebagian besar dipasang di Kota Malang dan ada pula di Kabupaten Malang dan Kota Batu.
Hingga kini pun, baliho tersebut masih terpampang. Perwakilan Aremania dari gerakan MMGA, Fanda mengaku akan tetap memasang.
“Hingga Arema bersatu kembali,” tutur Fanda.
Selain itu, MMGA juga melakukan sosialisasi dari Korwil-korwil Aremania se-Malang Raya. Tujuannya untuk memahamkan korwil Aremania sejauh mana gerakan MMGA untuk memperjuangkan persatuan Arema.
“Contohnya beberapa hari ke depan kami diundang oleh Korwil Aremania Pujon. Kami menjelaskan sampai mana upaya Aremania menyatukan Arema,” ujar salah satu perwakilan MMGA, Vandi.
Ia pun mengatakan sosialisasi itu dilakukan juga karena meredam dualisme Aremania yang terpisah antara yang mendukung Arema FC dan Arema Indonesia.
“Lah teman-teman ini sebenarnya tujuannya itu satu. Arema bisa satu. Padahal jika Arema satu dampaknya ya buat Arema sendiri. Aremania juga. Arema bisa berprestasi,” tutup Vandi.
Discussion about this post