Kota Malang, blok-a.com – Pasar Kedungkandang, Kota Malang tampak sepi. Tak terlihat ada aktivitas berarti di petak-petak kiosnya.
Sejauh mata memandang hanya meja yang lengang tanpa kehadiran pedagang. Bahkan tidak ada pembeli yang berlalu-lalang. Pasar Kedungkandang bak sedang mati suri.
Rencana Pemerintah Kota Malang untuk merevitalisasi Pasar Kedungkandang awalnya mendapatkan respons positif. Namun, seiring berjalannya waktu, pedagang Pasar Kedungkandang justru membendung kekecewaan.
Warga setempat yang kerap disapa Mbah Ni mengeluh hebat. Tidak adanya pembeli membuatnya harus bolak-balik ke tepi Jalan Muharto Timur untuk berjualan.
Lokasi utama pasar justru hanya digunakan untuk menyimpan barang dagangan saja.

“Yo sepi ndik kene gaonok sing tuku. Podho seneng jejer jejer ndik dalan! (Sepi di sini nggak ada yang beli. Pedagang lebih suka jualan di tepi jalan)” bebernya.
Mbah Ni bertempat tinggal di dekat Pasar Kebalen. Dulunya, Mbah Ni kerap berjualan di sana. Namun ia sempat digusur sehingga harus pindah di Pasar Kedungkandang.
Pindah lapak tak membuat nasibnya mujur. Ia justru kehilangan banyak pembeli. Bahkan para pelanggannya kesulitan menemukan akses jalan menuju pasar.
Agar tak terus-terusan menanggung rugi, Mbah Ni bersama anaknya pindah jualan ke tepi Jalan Muharto Timur tiap pukul 2 pagi. Dari sana barulah dia bisa mengantongi beberapa peser uang.
Mbah Ni sendiri mengaku pasrah. Dia tidak mau ambil pusing soal nasib kios pasarnya. Selama bisa berjualan, Mbah Ni masih bisa makan dan menghidupi keluarga.
Sejatinya, faktor utama terbengkalainya pasar tersebut karena akses jalan. Selain sulit dijangkau, jalan pintu masuk pasar Kedungkandang sudah rusak. Terdapat lubang-lubang menganga yang begitu besar disertai kerikil.
“Pasar ini memang sudah bulan-bulanan tidak beroperasi, jalan depan juga rusak, duh!,” keluh Ketua RW 06 Kedungkandang Sodiq.
Lelaki berkopiah ini menjelaskan, warga kini sudah ogah berjualan di pasar itu. Faktor kenyamanan juga menjadi alasan kuat.
Infrastrukturnya belum tertata sempurna. Tatakan tangga yang belum jadi hingga kios yang belum dicat.

Warga pun sebenarnya juga tak tinggal diam dan sudah mengajukan kelihan ini ke dinas terkait. Namun belum kunjung ada tindakan pasti.
“Kita sempat ajukan keluhan tapi masih belum ada jawaban,” bebernya.
Kata Sodiq, sebagian besar warganya adalah wiraswasta. Kebanyakan dari sembilan RT yang diampunya adalah pedagang. Tidak sedikit yang menggantungkan nasib di pasar tersebut.
Warga kini hanya bisa berharap pasar yang berada di pertigaan antara jalan raya Gribig, jalan raya Mayjen Sungkono dan Jalan Muharto ini, bisa beroperasi normal selayaknya dulu lagi.
“Ya tolonglah ini jangan vakum terus. Supaya kita bisa menghidupi keluarga,” tukas ayah empat anak ini. (mg2/lio)