Surabaya, blok-a.com – Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan produksi padi di Jatim 2020 tercatat 9,94 juta ton, di 2021 tercatat sebesar 9,789 juta ton dan pada 2022 tercatat sebesar 9,526 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).
Tingginya produksi padi ini salah satunya didorong oleh faktor teknik mekanisasi. Di mana padi tidak dipanen secara manual, melainkan menggunakan combine harvester sehingga bisa mengurangi loss 9 sampai 11%. Kemudian proses pasca panennya ada menggunakan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) modern baik dryer maupun Rice Milling Unit (RMU).
Kebutuhan-kebutuhan alsintan yang secara kebijakan ini sangat dimungkinkan bisa diputuskan untuk memberikan penguatan kepada petani dan Gapoktan dengan pinjaman skema grace period.
Untuk proses pengeringan padi dengan menggunakan vertikal dryer maupun bed dryer selanjutnya diproses melalui RMU dapat meningkatkan kualitas beras dari medium menjadi premium. Perubahan medium ke premium, karena kandungan airnya bisa berkurang sehingga proses pengolahan berikutnya berasnya bisa utuh kemudian warnanya putih dan seterusnya. Pada akhirnya nilai tambahnya bisa meningkat karena kualitasnya menjadi premium.
Itulah salah satu alasan dan dasar Pemerintah Provinsi Jatim melakukan misi dagang dan investasi ke Provinsi Bengkulu yang dijalankan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, bersama Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah.
Keduanya menandatangani nota kesepahaman dan kesepakatan atau MoU di Ruang Garuda, Gedung Daerah Balai Raya Semarak, Bengkulu, Minggu (2/7/2023).
MoU ini untuk memperkuat hubungan kedua provinsi, terutama di 4 sektor utama yaitu sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan.
MoU itu lantas ditindak lanjuti dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) oleh 13 OPD, 8 BUMD dan 5 Asosiasi dari kedua Provinsi yang Insya Allah dilaksanakan, hari ini Senin (3/7/2023).
Menurut Gubernur Khofifah usai melakukan penandatanganan MoU, salah satu keunggulan sektor pertanian Jatim adalah produksi beras dan kualitasnya.
“Ada banyak potensi yang ditemukenali, dipertajam kemudian diidentifikasi secara detail di sektor pertanian yang mana ke depan bisa dijadikan kerjasama antara Provinsi Bengkulu dan Jatim,” tukasnya.
Selanjutnya, di sektor perkebunan komoditas kopi dan cokelat, marketnya luar biasa. Dari 32 jalur tol laut, sebanyak 27 tol laut melewati Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Sedangkan di sektor peternakan meliputi banyak hal yang berpotensi salah satunya daging sapi potong di Jawa Timur, di mana populasi di Jatim ada 5 juta ekor sapi.
Hal itu diperkuat kondisi Jatim yang memiliki BBIB (Balai Besar Inseminasi Buatan) milik Kementerian Pertanian di Singosari Malang.
“Ini bisa dilakukan kerjasama pelatihan agar bisa swasembada daging selanjutnya ekspor pasar ke luar negeri.
Kultur beternak sudah jadi, teknologi sudah siap. Tinggal bagaimana kekuatan ekonomi baru masyarakat kita untuk melahirkan peternak handal,” ujarnya.
Sementara itu, pelaksanaan misi dagang dan investasi Provinsi Jawa Timur di Bengkulu, Senin (3/7) ini diharapkan menjadi momentum menemukenali, mempertajam serta mengidentifikasi berbagai sektor sehingga mampu menumbuhkan roda perekonomian dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat di kedua provinsi.
Inisiatif Khofifah untuk menjalin kerjasama di empat sektor itu direspon baik oleh Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah.
Menurut Gubernur Rohidin, misi dagang menjadi ajang mempertemukan trader dan buyer. Kolaborasi ini dipercaya saling menguatkan potensi yang dimiliki oleh kedua provinsi.
“Misi dagang merupakan instrumen, tapi tidak sekadar bicara bisnis, tapi jauh dari itu yakni bentuk merajut kepentingan anak bangsa,” ujarnya.
Menurutnya ketiga sektor tersebut terbuka peluang untuk dilakukan kerjasama, utamanya di sektor perkebunan mengingat Bengkulu penghasil kopi robusta terbaik secara nasional.(kim)