Kota Malang, blok-a.com – Sebelum tanggal 1 April 1914, wilayah Malang (yang mencakup Kabupaten Malang, Batu, dan Kota Malang) termasuk dalam wilayah administratif (Afdeeling) dari Karesidenan Pasuruan sebelum kemudian menjadi Kotapraja (Gemeente) Minggu (26/3/2023) Pagi.
“Selama masa kolonial, Malang menjadi tempat hunian yang sangat disukai oleh pejabat Hindia Belanda pada waktu itu,” kata Domini BB Hera Sejarawan Kamis (23/3/2023).
Bukti nyata dari hal ini masih bisa dilihat sampai hari ini, yaitu deretan perumahan elit di sekitar Jalan Ijen yang merupakan kawasan perumahan elit kolonial.
Alasan di balik popularitas Malang sebagai tempat hunian bagi para pejabat Hindia Belanda pada masa itu tentunya bukan tanpa alasan, terutama karena kondisi alamnya yang dingin dan mirip dengan kondisi di Eropa atau tepatnya di Swiss.
“Malang memiliki julukan “The Switzerland van Oost Java” (Swiss dari Jawa Timur) karena terletak di tengah-tengah beberapa gugusan pegunungan,” jelasnya.
Alasan di balik julukan ini tidak hanya karena kondisi alamnya yang dingin dan mirip dengan kondisi di Eropa, tetapi juga untuk menarik wisatawan dari Eropa.
Julukan ini dipilih karena Malang dikelilingi oleh beberapa gugusan pegunungan, mirip dengan Swiss yang terkenal dengan keindahan pegunungannya.
Hal ini diharapkan dapat menarik perhatian wisatawan dari Eropa untuk datang ke Malang.
“Dari segi topografi, Malang memang terletak di daerah pegunungan, mirip dengan Swiss,” ujarnya.
Kondisi ini menjadikan Malang sebagai salah satu tempat wisata yang bisa memberikan pengalaman turis yang ingin merasakan suasana kolonial Eropa dan menikmati keindahan Swiss di Jawa.
Pengalaman yang dihadirkan adalah bagaimana wisatawan dari Eropa melihat sebuah kota pegunungan di Asia, khususnya di masa Hindia Belanda.
Tidak dapat disangkal bahwa kota pegunungan yang dimaksud adalah Malang, yang dikelilingi oleh gugusan pegunungan.
“Penggunaan julukan “Swiss van Oost Java” atau Swiss di Jawa Timur juga merupakan strategi promosi pariwisata yang digunakan pada masa kolonial untuk mempromosikan Malang sebagai tujuan wisata yang menarik,” kata dia.
Malang dikelilingi oleh beberapa pegunungan, di antaranya Gunung Semeru, Gunung Arjuna, dan Gunung Kawi.
Narasi ini sangat efektif dalam memperkenalkan Malang sebagai salah satu tujuan wisata eksklusif pada masa kolonial.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya sisa-sisa bangunan berarsitektur kolonial yang masih dapat ditemukan di Malang hingga saat ini.
“Sisa-sisa bangunan bergaya kolonial masih dapat ditemukan di beberapa daerah di Malang, seperti Jalan Ijen, Kawasan Kayutangan, dan Hotel Pelangi,” imbuhnya.
Selain keindahan alamnya, pemandangan sosial dan budaya masyarakat di daerah pegunungan dan dataran tinggi juga menarik minat wisatawan yang menguatkan identitas Malang sebagai Swiss di Jawa Timur.
Setelah Malang menjadi Kotapraja dan lepas dari Karesidenan Pasuruan, promosi pariwisata semakin meningkat.
Pada masa itu, semua hotel pasti menawarkan paket wisata ke pegunungan.
Menariknya, Bukit Panderman diberi nama dari Van Der Mans, yang dikabarkan sebagai tuan tanah yang memegang konsesi hutan pinus di kawasan tersebut.
“Sangat disayangkan jika generasi saat ini tidak dapat merasakan kesan Swiss dari Jawa Timur seperti masa kolonial dahulu, karena banyaknya pembangunan gedung tinggi yang telah menutupi keindahan pegunungan Malang,” tandasnya. (mg1/bob)