Blok-a.com – Hari Waisak, juga dikenal sebagai Vesak, merupakan hari suci bagi umat Buddha di seluruh dunia. Perayaan ini memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sidharta Gautama, yaitu kelahiran, pencerahan (Nirwana), dan kematian (Parinirwana). Di Indonesia, Waisak diakui sebagai hari libur nasional dan dirayakan dengan berbagai ritual keagamaan oleh penganut Buddha.
Hari Raya Waisak diperingati setiap bulan purnama sidhi (bulan purnama) pada bulan Mei atau awal Juni. Dalam kalender Buddhis, momen ini dianggap sangat suci karena diyakini sebagai waktu bersatunya tiga peristiwa besar dalam kehidupan Sang Buddha, Siddhartha Gautama. Ketiga peristiwa itu menjadi inti dari seluruh rangkaian perayaan Hari Waisak dan dikenal dengan istilah Trisuci Waisak.
- Kelahiran Pangeran Siddhartha Gautama di Taman Lumbini, Kerajaan Kapilavastu pada tahun 623 SM yang menandai datangnya seorang tokoh agung yang membawa ajaran penting bagi umat manusia.
- Pencerahan Sempurna (Penerangan Agung) terjadi ketika Siddhartha bermeditasi di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, India, pada usia 35 tahun, sekitar tahun 588 SM. Setelah bertahun-tahun mencari kebenaran melalui berbagai jalan, akhirnya ia mencapai pencerahan dan menjadi Buddha, yang berarti “yang tercerahkan”.
- Parinirwana (Wafatnya Buddha) di Kusinara pada usia 80 tahun, sekitar tahun 543 SM, menandai berakhirnya kehidupan fisik Sang Buddha di dunia ini. Parinirwana dianggap sebagai pelepasan sempurna dari siklus kelahiran dan kematian (samsara).
Ketiga momen suci ini mengandung makna spiritual yang mendalam bagi umat Buddha. Pada Hari Raya Waisak, umat diajak merenungkan kembali nilai-nilai kehidupan seperti kesadaran diri, belas kasih terhadap sesama, dan usaha untuk membebaskan diri dari penderitaan batin. Selain juga turut mengenang riwayat hidup Sang Buddha.
Ritual dalam Perayaan Waisak
Perayaan Waisak di Indonesia, pada umumnya dipusatkan di Candi Borobudur (Magelang, Jawa Tengah). Acara akan dipimpin oleh para biksu dan biksuni dari organisasi Sangha Agung Indonesia, diisi dengan serangkaian ritual yang khidmat. Di antaranya:
Pindapata (Penerimaan Dana Makanan)
Para bhikkhu (biksu Buddha) berjalan mengelilingi desa atau candi untuk menerima persembahan makanan dari umat. Ritual ini melambangkan kerendahan hati dan kebersamaan.Samadhi dan Meditasi
Umat melakukan meditasi bersama untuk merenungkan ajaran Buddha.Puja Bakti dan Pembacaan Paritta (Kitab Suci)
Dilakukan di vihara atau candi melalui pembacaan sutra dan doa-doa sebagai bentuk penghormatan.Pelepasan Lentera dan Lampion
Lentera dan lampion dilepaskan ke langit sebagai simbol pencerahan dan harapan, serta doa untuk kedamaian dunia.Prosesi dan Pradaksina (Mengelilingi Candi)
Umat berjalan mengelilingi candi (misalnya, Candi Borobudur) searah jarum jam sambil membawa lilin dan bunga sebagai bentuk penghormatan.Pencucian Relik dan Patung Buddha
Dalam ritual “Mandhi Buddha”, air suci dituangkan pada patung atau relik Buddha sebagai simbol pembersihan karma buruk.Pemberian Dana (Sedekah)
Umat memberikan sumbangan kepada para biksu serta masyarakat kurang mampu sebagai wujud kebajikan dan amal.
Melalui semangat Waisak, diharapkan masyarakat dapat meneladani ajaran mulia agama Buddha untuk memperkuat persatuan dan kerukunan dalam kehidupan berbangsa yang beragam. Pemerintah turut mendukung kelancaran perayaan ini sebagai bentuk pengakuan terhadap keragaman agama dan budaya di Tanah Air. (mg3/gni)
Penulis: Kunlang Ragil (mahasiswa magang STIMATA)