Angkat Isu Alam, Teater di UM Raih Penghargaan Penyaji Terbaik di Pentas Monolog Banjarmasin

Teater Hampa Indonesia
Teater Hampa Indonesia

Kota Malang, Blok-a.com – Teater Hampa Indonesia Universitas Negeri Malang (UM) raih Penyaji Terbaik di Festival Monolog Banjarmasin (Stigma) pada Jumat (2/9/2023).

Adalah Septian Kuswara, mahasiswa asli Trenggalek itu sebagai salah satu orang di balik layar yang berperan penting.

Ya, mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual itu menjadi sutradara dari pementasan yang dilakukan oleh Teater Hampa Indonesia. Judul dari pementasan itu adalah “Ibu Bumi” yang diperankan oleh seorang aktris.

Pementasan itu dikemas dengan sentuhan surealisme. Selama 7 bulan, dia melakukan reset untuk pementasan itu. Kebetulan, Septian sedang mengerjakan projek visual tentang perempuan. Sedangkan tema dari pementasan Stigma itu mengangkat soal lingkungan. Sehingga, Septian menggabungkan keduanya menjadi pementasan yang apik dan menyentuh.

“Dari bumi menginterpretasikan lingkungan sebagai bentuk mengangkat isu lingkungan dan alam yang keibuan, Jadi seperti alam sebagai anak yang dilahirkan oleh bumi dan dirusak oleh anaknya sendiri yakni manusia flora fauna dan sebagainya,” beber Septian (3/9).

Untuk menyempurnakan lagi, dia sering menonton film dokumenter dan mendalami isu sosial.
Sementara untuk mengangkat sisi perempuan, dia banyak ngobrol sama ibu dan tokoh perempuan.

Tidak jarang dja menemukan ayat alquran yang dirasa cocok dan mengaplikasikannya dalam pementasan. Dari berbagai cara itulah dia akhirnya bisa menarik beberapa gagasan soal isu lingkungan.

“Dari riset saya banyak hal-hal lingkungan didasari budaya konsumerisme. Saya mengambil case seperti ini, fast fashion. Nah, trend berbeda anak jaman sekarang selalu FOMO. Itu juga menimbulkan masalah. Belum lagi jeans yang perbu 6000 kubik air yang setiap dicuci padahal manusia rata-rata hanya membutuhkan 600 kubik air saja,” bebernya.

Sang aktris dikemas dengan karakter yang dekat dengan flora. Sementara sisi manusia dikuatkan selayaknya pribumi dalam. Hal itu datang dari bentuk penghormatannya pada masyarakat pribumi yang dihormatinya karena lebih dekat dengan alam. Uniknya lagi, tokoh perempuan yang diangkat dalam monolog itu tidak diberi nama. Hanya menggambarkan seorang anak bumi yang menceritakan masalah-masalah dihadapinya. Dari sanalah, Septian melanjutkan, nantinya penonton akan bisa menyibak siapa tokoh itu sebenarnya. Tidak hanya berhenti di Stigma, dia dan Teater Hampa Indonesia akan mementaskan kembali “Ibu Bumi” di berbagai kota.

Selain memenangkan kategori Penyaji Terbaik, Teater Hampa Indonesia UM juga menyabet penghargaan Aktris Terbaik dan Sutradara Terbaik

“Kita punya target khusus secara team mementaskan monolog keliling. Yakni Pentas Ibu Bumi. Setelah ini akan ada project akan dialihwahanakan ke film, atau buku,” bebernya. (mg2/)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?