Kota Malang, blok-A.com – Mahasiswa rantau terimbas dampak kenaikan BBM, ia rela memasak lauk seadanya untuk mencukupi kebutuhan sehari hari, Kamis (29/09/2022).
Kenaikan BBM diresahkan oleh semua golongan, terutama golongan menengah ke bawah. Termasuk mahasiswa rantau, hidupnya mulai terombang ambing dengan adanya kenaikan BBM yang cukup drastis.
Berbekal jatah bulanan yang tak seberapa, ia harus bertahan hidup di tanah rantau. Pintar pintar memutar otak dengan membagi uang sakunya cukup untuk kebutuhan sehari hari, ia pun memilih untuk masak sendiri agar lebih berhemat.
Azizah namanya, mahasiswa rantau semester 7 asal Pasuruan Jawa Timur yang sedang menyelesaikan masa studinya di Universitas Asia Malang. Ia kerap kali mengeluh lantaran harga BBM yang semakin mahal.
Memilih untuk mencari kos kosan yang cukup jauh dari kampus untuk mendapatkan harga yang lebih murah kini menjadi hal yang salah menurutnya.
“Niatnya cari kos agak jauh ya mbak biar murah, eh tau tau sekarang BBM naik,” paparnya saat ditemui blok-A.com.
Ia mengaku untuk yang awalnya setiap minggu hanya mengisi BBM sebanyak Rp 20 ribu, kini harus mengisi Rp 30 ribu perminggunya.
“Biasanya seminggu 20 ribu itu pun masih sisa mbak, sekarang 30 ribu. Apalagi saya sering ikut kepanjtiaan kampus jadi sering pulang pergi untuk rapat,” terang Azizah.
Dari pantauan blok-A.com, memang tempat kos Azizah lumayan jauh dari kampusnya. Perlu waktu hampir 10 menit dari tempat kos menuju kampusnya.
Saat ditemui tempat kosnya, Azizah sedang sibuk memilah – milah sayuran ia sedang memasak untuk bekal ke kampus. Beberapa bahan masakan sederhana ia siapkan, ia mengatakan memasak sendiri jauh lebih murah dari pada membeli masakan di luar.
“Masak buat bekal ke kampus mbak, biar gak makan di kampus kalau gini kan lebih murah jatuhnya lumayan hemat juga,” jelasnya.
Ia mengaku setiap harinya rajin memasak, dengan modal seminggu Rp 70 hingga Rp 80 ribu jauh lebih hemat dibanding makan di luar.
“Biasanya belanja perminggu mbak, bisa habis 70 ribu kadang 80 ribu tapi itu beda lagi sama minyak goreng beras karena bawa dari rumah,” tambahnya.
Jika harus makan di luar perharinya ia harus menyediakan uang Rp 30 ribu untuk makan tiga kali sehari, kadang bisa lebih dari itu.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini telaten dalam mengolah keuangan demi membantu orang tua, ia juga mengatakan pernah bekerja sebagai barista di salah satu Cafe di Kota Malang.
“Dulu pernah kerja di Cafe mbak, tapi ini kan udah mulai skripsian jadi fokus skripsian dulu sementara ini,” ujarnya.
Pernah berkeinginan lanjut bekerja namun tak dapat izin dari orang tuanya, ia pun memutuskan untuk berhenti bekerja untuk melanjutkan masa studinya yang tinggal beberapa semester.
“Gara gara BBM naik apa apa naik pengen kerja lagi mbak, biar cukup tapi gak boleh sama orang tua jadi ya harus hidup super hemat gini,” pungkasnya.