blok-a.com – Mantan anggota parlemen India Atiq Ahmed yang tengah menjalani proses hukum kasus penculikan, tewas ditembak sekelompok orang saat diwawancara dalam siaran langsung atau Live.
Tragisnya, Ahmed dan saudaranya Ashraf Ahmed tertembak di tengah kawalan polisi saat keduanya hendak melakukan pemeriksaan kesehatan di Uttar Pradesh.
Insiden ini terjadi pada Sabtu (15/4/2023). Kala itu, keduanya berjalan dalam dampingan polisi, sembari menjawab pertanyaan wartawan. Tiba-tiba secara cepat seorang pria bersenjata menembak kepala Ahmed dari samping.
Beberapa detik kemudian, pria tersebut juga menembaki Ashraf secara brutal. Bahkan setelah keduanya telah tergelatak di tanah.
Video detik-detik menegangkan tewasnya Ahmed dan saudaranya terekam jelas dalam kamera wartawan. Bahkan beredar luas di seluruh saluran TV dan media sosial.
Baca Juga: Tiga Fakta Penyebab Hilangnya 135 Nyawa dalam Tragedi Kanjuruhan Versi Komnas HAM
Setelah menembaki Ahmed dan saudaranya, sejumlah orang yang dicurigai bersenjata meneriakkan nyanyian agama Hindu.
Polisi tak sempat menghentikan insiden yang terjadi secara mendadak tersebut. Namun, seorang pelaku penembakan tak sampai kabur dan segera ditangkap.
Seorang polisi juga dikabarkan terluka dalam serangan itu.
Pelaku Nyamar Jadi Wartawan
Sejumlah media menyebut penyerang yang berjumlah 3 orang berhasil menembus penjagaan polisi karena menyamar sebagai wartawan.
Satu orang menyerahkan diri setelah insiden, dan dua lainnya sempat kabur.
Melansir Indian Express, identitas ketiga pelaku yang dirilis polisi yakni Lavlesh Tiwaari, Aru Maurya, dan Sunny Singh.
Ketiganya telah dikirim ke tahanan yudisial selama 14 hari.
Ketua Partai Samajwadi, Akhilesh Yadav, mengatakan pembunuhan terhadap mantan anggotanya menunjukkan kegagalan partai berkuasa, Partai Bharatiya Janata (BJP), dalam menegakkan hukum dan ketertiban di Uttar Pradesh.
“Ketika seseorang bisa terbunuh dalam penembakan secara terbuka di tengah penjagaan keamanan polisi, lalu bagaimana dengan keselamatan masyarakat umum,” kata Yadav di Twitter.
Sementara itu, pemerintah Uttar Pradesh telah memerintahkan penyelidikan atas pembunuhan tersebut.
Mereka kemudian mengeluarkan larangan pertemuan lebih dari empat orang di wilayah itu. Untuk mencegah kemungkinan kerusuhan kekerasan setelah pembunuhan tersebut.
“Pemerintah negara bagian memberlakukan perintah pembatasan setelah pembunuhan Atiq Ahmed dan Ashraf Ahmed yang merupakan anggota mafia besar, yang terlibat dalam perampasan tanah dan kasus pembunuhan,” kata seorang pejabat polisi senior, seperti dikutip dari Reuters.
“Kami tidak ingin segala bentuk protes mendapatkan momentum,” lanjut dia.
Sebuah post-mortem mengungkapkan Ahmed ditembak delapan kali, dengan luka di kepala, leher dan dadanya.
Ahmed (60) memiliki dakwaan lebih dari 100 kasus kriminal. Dirinya dan Ashraf diduga sebagai gembong organisasi kriminal lokal dan mafia tanah.
Ahmed pernah dipenjara pada 2019 setelah dinyatakan bersalah menculik seorang pengacara, Umesh Pal, yang bersaksi melawannya sebagai saksi dalam pembunuhan seorang anggota parlemen pada 2005.
Pada bulan Februari, Pal juga dibunuh.
Pekan lalu polisi menembak mati putra Ahmed di kota Jhansi. Dia dicari sehubungan dengan kasus pembunuhan yang sedang diselidiki sebagai bagian dari tindakan keras yang lebih luas terhadap mafia tanah yang beroperasi di Uttar Pradesh.(lio)