Waspada! Peneliti Ungkap Potensi Tsunami Setinggi 34 Meter di Selatan Jawa Bagian Barat

Ilustrasi: bencana tsunami yang baru-baru ini terjadi di Jepang (ist)
Ilustrasi: bencana tsunami yang baru-baru ini terjadi di Jepang (ist)

Blok-a.com — Sejumlah peneliti mengatakan bahwa ada potensi tsunami yang bisa mencapai 34 meter di Indonesia, Kamis (17/11/2022).

Penulis Utama BMKG, Pepen Supendi, dari penelitiannya mengungkap bahwa potensi itu berkaitan dengan tingkat kegempaan yang tinggi di sekitar Jawa Barat dan Sumatera bagian Tenggara.

Hal ini disebabkan karena adanya pertemuan antara dua lempeng besar. Lempeng besar ini adalah lempeng Indo-Australia. Selain karena pertemuan dua lempeng, hal ini juga disebabkan karena adanya subduksi di bawah lempeng Sunda.

“Celah seismik besar di selatan Jawa Barat dan Sumatera bagian tenggara berpotensi menjadi sumber gempa megathrust,” ungkap data temuan yang dijabarkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dwikora Karna Wati, ahli kegempaan, Totok Yatimantoro dan Daryono dari BMKG, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), University of Cambridge, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

“Gempa yang dihasilkan memiliki kekuatan magnitude 8.9 SR dan berpotensi tsunami dengan ketinggian 34 meter,” lanjutnya.

Para peneliti ini melakukan penelitian dengan mengumpulkan katalog sumber data seismik dari Badan Meteorologi, Klimalotogi, dan Geofisika (BMKG) dan dari pusat penelitian seismik internasional dalam periode April 2009 – Juni 2020 untuk menemukan hiposenter gempa.

Jadi dalam penelitian itu mereka menemukan bahwa akan ada celah seismik di selatan Jawa bagian barat dan di tenggara Sumatera bagian selatan.

Celah tersebut berpotensi menimbulkan gempa yang sangat besar dengan kekuatan magnitudo 8,9 Skala Richter (SR) dan berpotensi tsunami dengan ketinggian 34 meter. Tsunami dengan ketinggian ini berarti melebihi ketinggian tsunami aceh 2004 silam.

Megathrust adalah jalur yang terbentuk akibat pecahnya batas antara dua lempeng tektonik yang bertemu di zona subduksi dengan kedalaman kurang dari 50 km atau dengan kata lain dangkal.

Sumber gempa megathrust biasanya ada di bawah laut. Hal tersebut mengakibatkan adanya potensi tsunami karena adanya pergerakan vertikal di dasar laut selama gempa tersebut terjadi.

Pakar Tsunami dari BRIN, Widjo Kongko mengatakan bahwa potensi tsunami akibat gempa megathrust perlu diwaspadai dengan meningkatkan mitigasi bencana.

“Perlu adanya upaya mitigasi dan peningkatan kewaspadaan dan khususnya sistem peringatan dini dan jalur serta tempat evakuasinya,” kata Widjo.

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?