Pedagang Baju Pasar Besar Digilas TikTok, Turun Omset Lebih Dari 50 Persen

Pedagang Baju Pasar Besar Digilas TikTok, Turun Omset Lebih Dari 50 Persen
Pedagang Baju Pasar Besar Digilas TikTok, Turun Omset Lebih Dari 50 Persen (blok-a/Widya Amalia)

Kota Malang, Blok-a.com – Digitalisasi nampaknya tidak selalu berdampak baik bagi semua orang. Salah satunya bagi seorang pedagang baju di Pasar besar Kota Malang, Hanifa.

Dia mengaku banyak mengalami penurunan pendapatan usai digempur e-commerce TikTok.

Pihaknya menyebut, hal ini lebih hebat daripada pengaruh jaringan e-commerce yang lain, seperti Shopee, Tokopedia, dan Marketplace Facebook. Hanifa sendiri sudah mulai berdagang di Pasar Besar sejak tahun 2013 silam.

“Orang-orang masih ke sini juga meski ada marketplace yang lain. Orang merasa lebih dipermudah dengan TikTok, kalau mbukak Shopee orang rodok males. Gitu,” beber wanita berhijab ini.

Pedagang baju Pasar Besar Kota Malang menyebut, penurunan pendapatan sangat drastis. Hal itu jelas membuatnya kelimpungan. Bayangkan saja, biasanya dia bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp. 100 juta lebih dalam sehari. Namun kini, dia hanya bisa bersyukur meski mendapat margin keuntungan Rp. 30 juta rupiah saja. Usai digempur pandemi, dia juga harus digilas raksasa TikTok.

Pedagang Baju Pasar Besar Digilas TikTok, Turun Omset Lebih Dari 50 Persen (blok-a/Widya Amalia)
Pedagang Baju Pasar Besar Digilas TikTok, Turun Omset Lebih Dari 50 Persen (blok-a/Widya Amalia)

Langganannya pun satu persatu mulai berpindah ke lain hati. Memang, Hanifa tidak hanya berjualan eceran, namun juga grosir. Dia juga menjadi penyedia barang untuk pedagang baju lain. Margin harga pun turut terjun bebas.

“Aku kan grosir kan mas jadi bakul-bakul (pedagang) biasa itu cilik-cilik. Nah kalau (pedagang) besar di atas 20 (juta), Sekarang bakul besar 5 jutaan saja. Satu, mereka juga tau mana mana. Langganan banyak yang mrotol. Dia langsung ambil ke Jakarta langsung,” keluhnya.

Menanggapi soal komentar selisih harga yang terbilang cukup jauh antara TikTok dan pasar luring, Hanifah menyebut sudah membuktikannya sendiri.

Dia sering melihat live TikTok yang menjual barang berkualitas bagus namun ketika dikirim ternyata berbeda. Ya, barang yang dikirim berbeda dengan yang dipromosikan melalui live TikTok. Kualitasnya jauh lebih rendah.

“Itu kualitasnya beda. Livenya barang yang bagus tapi pas dikirim kurang bagus,” tambahnya.

Hanifah dan rekan pedagang yang lain juga sudah mencoba menjajaki TikTok. Namun, langkah begitu jauh baginya. Pasalnya, ketika dia mencoba Live TikTok sendiri tidak kunjung ramai. Secara harga, dia juga kalah dengan toko lain yang sudah lebih besar namanya. Pasalnya, ada beberapa toko yang sudah menjalin kerjasama dengan TikTok sehingga memiliki banyak kemudahan. Seperti diberikan fasilitas gratis ongkos kirim, dipromosikan, dan cepat ramai.

“Kita gak tiba-tiba live terus rame. Tetep kalah dengan yang sudah besar dan kalah secara fasilitas di TikTok,” ujar dia.

Dia menyebut, akan sangat senang apabila Pemerintah Kota Malang (Pemkot) mengadakan pelatihan untuk para pedagang. Dia berharap Pasar Besar bisa dipromosikan oleh Pemkot Malang agar banyak pengunjung datang.

“Kalau bisa pelatihan yang free. Atau paling enggak, kan, pasar dipromosikan supaya orang-orang ke sini, atau dijadikan wisata atau ke sini,” tandas ibu rumah tangga ini. (mg2/bob)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?