Ikatan Alumni Universitas Brawijaya (IKA UB) bekerjasama dengan Komunitas Malang Mbois serta Sanggar Tari Denendar membuat pentas terbuka yang menampilkan tarian budaya Indonesia, Minggu (14/3/2021) secara offline dan virtual. Kegiatan bertajuk Malang Menari tersebut bertujuaan untuk menumbuhkan rasa cinta generasi bangsa terhadap budayanya sendiri.
“Setiap generasi penerus mempunyai identitas diri. Melalui tarian budaya diharapkan generasi penerus jangan sampai tergerus budaya luar, dan melupakan identitas budaya sendiri,” kata Ketua Panitia Pelaksana, Kenjo Aju Wulandari.
Kegiatan yang digelar di gedung DPRD Kota Malang tersebut sekaligus mewadahi para pelaku seni dan budaya di Kota Malang.
Kenjo mengatakan adanya pandemi COVID-19 tidak membunuh kreativitas para pelaku seni dan budaya. Oleh karena itu, panggung ekspresi seni dinilai perlu dan penting untuk difasilitasi.
Malang Menari menampilkan 28 penari dengan 11 tarian yang berbeda-beda, antaralain Tari Anak Indonesia, Tari Gambyong, Tari Ujung Alit, dan Tari Beskalan.
Tari gambyong merupakan salah satu tari adat yang berasal dari daerah sekitar
Surakarta, Jawa Tengah. Tari ini awal mulanya hanyalah sebuah tarian jalanan atau tarian rakyat dan merupakan tari kreasi
baru dari perkembangan Tari Tayub. Saat upacara panen dan hendak menanam padi,
masyarakat Surakarta tempo dulu akan
mempertunjukan tarian ini sebagai undangan pada Dewi Sri atau Dewi Padi
agar ia memberkahi sawah mereka dengan hasil panen yang maksimal.
Tari Beskalan semula sebagai tari ritual untuk ritus kesuburan yang berkaitan dengan kegiatan membuka tanah, baik
untuk kegiatan bercocok tanam atau untuk
keperluan mendirikan bangunan. Ritual ini
merupakan sebuah pertanda, bahwa segala
sesuatu yang hidup, tumbuh, dan berkembang bermula dari tanah, karena
tanah itu adalah sebagai awal atau permulaan dan sekaligus sebagai akhir.
Sementara Tari Ujung Alit adalah salah
satu jenis tari tradisional yang dikombinasikan dengan olahraga khas suku
Tengger, di wilayah Gunung Bromo. Jadi tarian Ujung Alit ini dimainkan oleh dua
orang pria yang silih bergantian memukul lawan dengan rotan. Tari Ujung Alit ini diadakan untuk merayakan pernikahan sebagai bentuk acara ritual adat Tengger dan sebagai upacara umat Hindu di kawasan Bromo.
Selama tarian berlangsung akan ada dua perupa yg menunjukkan kepiawaiannya dengan membuat beberapa sketsa dari tamu undangan di atas media kertas.
Dua orang perupa yaitu mas Achmad Bansori dan mbak Shirley akan
mempersembahkan sketsa beberapa tamu undangan yang akan diserahkan
selesai acara.
Pada saat istirahat, para perawit akan menampilkan nyanyian campursari yg
dilagamkan dengan alunan karawitan diiringi dengan keyboard. Ada tujuh perawit yang akan mempersembahkan nyanyian campursari. [OKY/Humas UB].