Hari Nelayan Nasional, Sulitnya Akses BBM Masih Jadi Problematika

Ilustrasi kegiatan nelayan saat musim panen di bulan April hingga September di tempat pelelangan ikan di pesisir Pantai Selatan Kabupaten Malang (Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Malang for Blok-a.com)
Ilustrasi kegiatan nelayan saat musim panen di bulan April hingga September di tempat pelelangan ikan di pesisir Pantai Selatan Kabupaten Malang (Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Malang for Blok-a.com)

Kabupaten Malang, blok-a.com – Dalam peringatan Hari Nelayan Nasional yang jatuh pada hari ini, Kamis (6/4/2023), nelayan di pesisir Pantai Malang Selatan menyampaikan problematika yang belum kunjung terselesaikan, yakni terkait akses Bahan Bakar Minyak (BBM).

Harga BBM melambung tinggi, serta serta akses yang sulit didapat lantaran jarak cukup jauh dari stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), masih sering dikeluhkan nelayan kapal kecil di Desa Tambakrejo, Sumbermanjing Wetan.

Kepala Desa Tambakrejo, Yonatan Saptoes mengatakan, para nelayan yang bermuara di Pantai Tamban dan Sendang Biru itu mayoritas mengunakan BBM jenis pertalite.

“Yang menjadi masalah sekarang itu BBM, apalagi yang nelayan kecil. Mereka menggunakan bahan bakar pertalite yang saat ini masih sering susah dan harganya tinggi,” jelas Yonatan saat dihubungi, Rabu (5/4).

Untuk menyiasati harga BBM yang melambung tinggi, nelayan terpaksa harus memperpendek jarak tempuh ke wilayah tangkapan ikan.

Berbeda nasib dengan nelayan yang menggunakan kapal slerek, mereka menggunakan bahan bakar jenis solar.

Untuk BBM jenis solar, kata Yonatan, nelayan masih bisa mendapatkan pasokan melalui Kelompok Usaha Bersama (KUB) di titiknya masing masing.

Meskipun tidak selamanya pengiriman tersebut lancar, beberapa kali pengiriman jenis solar juga mengalami kelangkaan.

“Kalau pengiriman melalui KUB langsung, dan untuk pertalite tidak ada. Mereka harus beli sendiri, kadang mengambil dari mobil-mobil mereka baru digunakan untuk melaut. Solar pun kadang seperti itu meski lewat KUB,” ungkapnya.

Lebih lanjut, menurut keterangan Yonatan, jumlah nelayan di pantai Tamban sendiri ada sekitar 200 nelayan. Sedangkan di Sendang Biru sebanyak 1.800 nelayan. Artinya, terdapat kurang lebih sebanyak 2.000 nelayan di Desa Tambakrejo.

Dirinya berharap problematika nelayan terkait akses BBM dapat segera diatasi oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang.

Mengingat problem tersebut juga mengakibatkan nasib nelayan sedikit terguncang. Sebab nelayan mengalami penurunan pendapatan mencapai 25 hingga 50 persen.

“Kalau dari sisi harga sekarang pertalite bisa hampir seharga pertamax. Harapannya segera ditindaklanjuti agar tidak bingung dan bergantung pada KUB juga,” imbuhnya.

Sebelumnya, Bupati Malang, Sanusi sempat menyinggung terkait problematika BBM yang dirasakan oleh nelayan.

Dirinya menyebut sesegera mungkin akan berkoordinasi dengan pihak PT Pertamina selaku yang menangani stasiun bahan bakar.

“Setiap tahun kita upayakan juga ada bantuan ke nelayan. Selain itu kedepan kita upayakan bangun pabrik es dan mengoperasikan cold storage. Karena SPBU itu kewenangan Pertamina, maka perlu koordinasi dengan yang bersangkutan untuk bisa pengadaan di daerah nelayan,” ujar Sanusi belum lama ini.(ptu/lio)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?