Kota Malang, blok-a.com – Kayutangan Heritage menjadi salah satu terobosan Wali Kota Malang, Sutiaji dalam membentuk wisata buatan di Kota Malang.
Setidaknya saat awal menjabat atau 2019 lalu Sutiaji mulai membranding kawasan Kayutangan baik kampung atau di Jalan Basuki Rahmat menjadi kawasan heritage atau tempo dulu.
Dalam perjalanannya Sutiaji ingin Kayutangan menjadi ikon wisata di Kota Malang dengan konsep tempo dulu. Wisatawan akan tertarik ke sana, dan ekonomi masyarakat sekitar bakal terbantu.
Saat menjabat sebagai Wali Kota Malang Sutiaji menyulap kawasan kampung yang dulunya adalah kampung biasa menjadi cantik dan ditata rapi.

Spot-spot yang bisa menjadi daya tarik wisata dibranding melibatkan akademisi.
Kekinian ekonomi warga sekitar pun terbantu dengan daya tarik wisatawan ke kampung Kayutangan Heritage.
Kampung Kayutangan Dulu vs Kampung Kayutangan Sekarang
Salah satu warga sekitar Sri (69) menjelaskan, dirinya ingat betul sebelum Kayutangan, sebagai kampugnya dikonsep sebagai wisata heritage.
Wanita itu sejak lahir sudah tinggal di kampung tersebut. Dulunya kampung Kayutangan adalah kampung biasa. Bahkan terkesan kumuh.
“Iya mas banyak yang berjualan dan pasar. Tapi ya berhimpitan dan semakin padat penduduk kan di sini,” kata dia.

Wisatawan dulu tidak ada. Tak ada yang tertarik ke kampung Kayutangan tersebut. Padahal, sebenarnya juga banyak hal yang menarik di sana, seperti bangunan rumah lawas dan makam guru spritiual Bupati Malang, Mbah Onggo.
“Gak ada mas. Ya kayak kampung biasa. Gak ada wisatawan yang ke sini,” jelasnya.
Para penduduk di Kampung Kayutangan kebanyakan bekerja di luar kampung entah jadi karyawan swasta atau di pemerintahan. Sedikit yang usaha menjual makanan atau minuman.
20 Lebih Warga Buka Usaha Pasca Sutiaji Branding Kampung Kayutangan sebagai Wisata Heritage
Ketua RW 2 di Kayutangan Yunar Munar Mulya turut bicara soal kemajuan Kayutangan yang pesat. Dia menilai bahwa banyak perkembangan sosial yang positif berdampak pada kemakmuran masyarakatnya. Salah satunya adalah penyerapan tenaga kerja yang masif sekitar 60 persen.
“Adanya UMKM binaan wisata di bawah dinas pariwisata dan perindustrian bisa menyerap banyak tenaga kerja, itu hal positif,” bebernya.
Dulunya, pengangguran merupakan permasalahan yang cukup mengkhawatirkan di kawasan itu. Usai dibangun kembali di bawah pemerintahan Wali Kota Sutiaji, dia bersyukur masalah itu berkurang.

Roda ekonomi pun berputar deras. Dulunya, kawasan tersebut sempat mandeg. Banyak toko sepi bahkan berhenti beroperasi. Tidak banyak aktivitas perdagangan di sana. Namun lambat laun Kayutangan berhasil bangkit usai berbagai program dan binaan pemkot Malang.
Jumlah pengunjungnya sendiri tidak main-main. Ketika sepi saja mencapai 40 ribu orang per bulan. Namun kini kunjungan bisa mencapai lebih dari itu. Bahkan kini warga Kayutangan sedang dalam binaan belajar bahasa asing. Pasalnya banyaknya wisatawan asing menjadi tantangan tersendiri bagi warga Kayutangan.
“Tentunya kami sedang banyak perbaikan dan binaan untuk warga supaya bisa lebih siap menjadi destinasi wisata,” paparnya.
Perkembangan begitu pesat juga berdampak pada kemajuan UMKM di Kayutangan. Banyak usaha warga yang naik kelas menjadi UMKM. Sekitar 20 UMKM bercokolan di kawasan Kayutangan. Salah satunya adalah UMKM batik yang bertempat di kawasan Makam Mbah Onggo. Dulunya, kawasan itu sempat tertinggal.
Warga memang sempat tidak bergairah karena takut kalah dengan wisata lain. Kini, meski ada di dalam kampung, para warga bisa mendapatkan pundi-pundi cuan. Yunar mengungkapkan omsetnya bisa sampai puluhan jutaan rupiah.
“Sekarang wisatawan kami arahkan ke sana semua,” beber Yunar.
Koridor Kayutangan Heritage, Belasan Kafe Muncul – Musisi Bisa Dapat Puluhan Juta Rupiah
Koridor Kayutangan Heritage dulunya hanyalah jalan biasa. Hanya ada lalu lalang kendaraan melewati jalan tersebut. Tidak ada bedanya dengan jalan lain kecuali bangunannya yang tua.
Namun, setelah Sutiaji berinisiatif untuk membranding sebagai kawasan wisata heritage, koridor tersebut mulai berubah.
Terdapat lampu-lampu cantik menghiasi trotoar. Bahkan, juga ada pelebaran pedestrian untuk menyamankan pejalan kaki. Di pedestrian pun kini juga terdapat tempat duduk.

Ketika malam, tidak ada lagi jalan yang sepi di sekitar Jalan Basuki Rahmat. Lampu cerah dan ramai akan hiburan.
Salah satu pengunjung Gibran mengatakan, koridor Kayutangan Heritage kini menjadi tempat favoritnya untuk nongkrong bersama teman-temannya. Kafe-kafe pun juga banyak bermunculan. Setidaknya dari hitungan blok-a.com di lapangan, ada sekitar belasan kafe baru di sepanjang koridor Kayutangan Heritage, mulai dari Lonceng, Coffee by Kawisari, hingga Lafayette.
“Ya enak sekarang nongkrong di sini. Banyak kafe dan vibesnya seru di tengah kota dan banyak kendaraan.
Tongkrongan yang ramai itu pun juga didukung dengan hiburan-hiburan. Terdapat musisi yang menghibur pengunjung koridor Kayutangan Heritage.
Dulu, di trotoar hanya sepi malam yang menjadi peneman pejalan kaki. Kekinian karena pembangunan di era Wali Kota Sutiaji mulai ada musisi.
Hal ini pun membawa dampak ke musisi. Salah satunya Frans.
Kala itu, Frans, sapaannya, sempat pesimis. Hingar bingar Kota Malang membuatnya merasa kerdil. Sudah berkali-kali dia menawarkan jasa untuk mengisi musik reguler di kafe atau tempat hiburan namun tidak tembus juga. Banyaknya jumlah musisi di Malang membuat persaingan semakin sengit.
“Waktu itu sempat terpikir apakah memang karena saya ini orang luar ya, akhirnya teman saya yang asli sini bilang suruh lah kita ajukan band ke Dispora,” beber lelaki 28 tahun ini.
Usai dia datang ke Dispora, Frans disambut baik. Band miliknya didaftarkan untuk bisa tampil di Kayutangan. Barulah dia mengetahui bahwa beberapa titik di Kayutangan bisa digunakan para musisi untuk tampil sebagai street performance. Band dia juga mendapatkan tunjangan sebesar 500 ribj rupiah setiap dua minggu sekali.
Frans biasa mengisi hari Sabtu malam Minggu. Banyak orang juga memberikan tips untuk band miliknya. Bahkan, pencapaian tertinggi band dia mencangkup 1 juta rupiah. Tentu jumlah yang cukup untuk dibagi bersama band dia.
Frans bersyukur dia merasa diterima. Beberapa kejadian kerusuhan dan tawuran baru-baru ini yang melibatkan orang sesama NTB memang sempat mengusiknya.
“Saya sempat mau mundur, karena saat itu panas-panasnya. Tapi teman saya bilang selama saya tidak aneh aneh kita tidak diusik. Saya jadi musisi yang bangga bisa hidup di Malang,” paparnya.
Dia juga tidak menerima tindakan rasisme dan intimidasi selama tampil di Kayutangan. Hingga kini, dia masih aktif menjadi musisi jalanan di Kayutangan. Bahkan, dia berhasil mengajak adik kelasnya untuk belajar bergabung menjadi musisi dengan menemaninya bermain musik.
Tanggapan Wali Kota Malang Sutiaji
Sutiaji pun bersyukur setelah Kayutangan Heritage direspon positif. Dia menyebut bahwa pembangunan Kayutangan Heritage ini adalah untuk meningkatkan perekonomian warga Kota Malang.

“Ya alhamdulillah sekarang kalau begitu. Biar masyarakat yang menilai,” singkat Sutiaji.