Blok-a.com – Kasus bunuh diri kian marak di kalangan anak muda. Bahkan, baru-baru ini saja, ada mahasiswi Udinus berusia 20 tahun ditemukan tewas usai diduga sengaja mengakhiri hidupnya di sebuah kamar kos, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah.
Berawal dari kecurigaan sang pacar yang saat itu sedang berkunjung ke tempat kos yang pintunya terkunci rapat.
Sang pacar pun berupaya memanggil dan membuka pintu tersebut, namun tak ada tanggapan dari sang mahasiswi.
Tanpa diduga, ternyata sang mahasiswi sudah terbujur kaku di kamar kos .
Tak hanya itu, kasus serupa juga ditemukan di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang.
Seorang pemuda ditemukan tergantung di pohon rambutan. Awalnya pemuda itu sedang berkumpul dengan teman-temannya, karena sudah larut malam pemuda itu pun diminta untuk segera masuk rumah dan mengunci pintu.
Alih-alih masuk, pemuda itu keluar rumah dan berdalih ingin menelepon seseorang.
Keesokan harinya pemuda itu ditemukan tewas gantung diri di atas pohon.
Diketahui, pemuda itu nekat mengakhiri hidupnya karena putus cinta.
Tak ayal, kasus – kasus bunuh diri umumnya di sebabkan oleh rasa kehilangan objek cinta.
Terlebih, bunuh diri dirasa hal yang paling bijak untuk sarana mengekspresikan emosi-emosi negatif yang dirasakan oleh korban.
Emosi negatif ini berasal dari kondisi psikologi korban yang sedang depresi, stres traumatis, dan putus cinta berlebih, sehingga korban sulit untuk mereduksi egonya.
Di tengah maraknya kasus bunuh diri, lantas apa yang bisa orang sekitar lakukan untuk mencegah korban bertambah banyak? Simak ulasannya berikut ini:
1. Jangan Abaikan atau Anggap Remeh Persoalan Seseorang
Jika Anda bertemu orang yang sedang putus asa dan berencana mengakhiri hidupnya, jangan sesekali meremehkan atau mengabaikan orang tersebut.
Jangan menganggap remeh atau berasumsi bahwa pelaku bunuh diri tersebut melebih-lebihkan atau bermain-main karena mengatakan kalimat pernah berasumsi bahwa “ingin mati”, “tidak peduli lagi”, “tidak ada yang penting”, “Aku ingin mengakhiri semuanya”, “Semua orang akan lebih baik tanpaku”, “tidak ada yang peduli lagi denganku,” dan lain sebagainya.
Jika Anda menemui kalimat tersebut di sekitar Anda, sebaiknya, ajak bicara orang-orang tersebut, beri dukungan, dan beri saran senyaman mungkin.
Dengarkan keluh kesahnya, hingga orang tersebut mau pergi ke psikolog yang lebih profesional.
2. Respons Masalahnya dengan Empati dan Pengertian
Jika ada seseorang yang berbicara seolah dirinya frustasi akan kehidupan, jangan sesekali Anda mendebat atau mengabaikannya.
Sebab, Anda tidak akan pernah tahu seberapa besar beban yang dipikul oleh orang tersebut dan apa tantangan yang sudah mereka lewati.
Sesekali cobalah mendengar keluh kesahnya dan ciptakan ruang aman agar mereka dapat mempercayai Anda sebagai pendengar untuk mengungkapkan kekhawatirannya, tanpa menghakimi atau menyalahkan.
Karena kasus dari sekian banyak kasus bunuh diri yang terjadi, itu diakibatkan oleh krisis empati di lingkungan korban. Sehingga korban merasa kurang mendapat dukungan mental dan moral dari orang sekitar.
3. Saling Menjaga dan Tetap Terhubung
Lakukan komunikasi intensif dengan orang di sekitar Anda yang terindikasi sedang frustasi.
Jangan biarkan orang tersebut sendiri karena merasa tak ada orang yang peduli terhadapnya.
Hadirlah untuk mendengar keluh kesahnya di waktu-waktu senggang atau hanya sekedar melihatnya setiap hari.
Jadilah teman setia yang saling terhubung dan mengingatkan tentang pentingnya hidup.
Tawarkan solusi kepadanya tanpa diminta, dan jangan berikan janji palsu kepada korban, sebab korban bunuh diri biasanya akan lebih frustasi jika Anda menjanjikan sesuatu namun tak bisa Anda tepati. (mg3)