Kondisi Kantin Sepi Pasca MBG, Sekolah di Malang Turunkan Harga Sewa

Penjual di Kantin SDN Lowokwaru 3, Kota Malang (blok-a.com / Yogga Ardiawan)
Penjual di Kantin SDN Lowokwaru 3, Kota Malang (blok-a.com / Yogga Ardiawan)

Kota Malang, blok-a.comProgram Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Malang bikin lesuh penjualan makanan di pedagang kantin sekolah.

Hal itu terlihat di SDN Lowokwaru 3, Kota Malang, Jawa Timur saat melaksanakan program MBG beberapa waktu lalu. Di sekolah tersebut, kantin terpantau sepi dan hanya ada beberapa lapak yang berjualan.

Mega (54), salah satu penjual kantin, mengaku pendapatannya anjlok sejak program tersebut diujicobakan pada November 2024 lalu.

Program disini kan dimulai November 2024. Biasanya banyak yang beli makan berat, sekarang hanya jajan ringan saja. Anak-anak kan sudah dapat makan gratis,” ujar Mega.

Mega yang sehari-hari menjual bakpao, roti bakar, hingga nasi goreng terpaksa mengurangi jumlah barang dagangannya.

“Dulu saya siapkan sampai lima macam jajanan, sekarang paling dua atau tiga saja. Dari 400 siswa, paling yang beli gak sampai 50 anak,” tambahnya.

Beruntung, pihak sekolah bisa memaklumi kondisi kantin yang sepi dengan adanya program MBG ini. Sehingga biaya sewa kantin lebih ringan daripada biasanya.

Hal serupa dialami Sri (44), penjual lain di kantin SDN Lowokwaru 3. Ia menyebut pendapatannya turun hampir 50 persen sejak program MBG dimulai.

“Sekarang paling bawa pulang Rp200 ribu, dulu bisa Rp400 ribu. Tapi ya bagaimana lagi, ini kan program pemerintah,” katanya.

Meski terdampak, kedua pedagang tersebut sepakat mendukung program dari pemerintah pusat ini. Sebab, menurut mereka anak-anak merupakan calon generasi penerus bangsa.

Terpisah, salah satu wali murid, Afrilia (46), menyambut baik kebijakan ini. Menurutnya, program ini membantu anak-anak makan lebih teratur dan mendapatkan asupan gizi yang lebih baik.

“Saya setuju sekali, anak-anak jadi lebih terjamin gizinya,” ungkapnya.

Namun, ia menyoroti banyaknya makanan yang terbuang, terutama sayur-sayuran. Wali murid kelas dua SD ini berharap pemerintah memperhatikan variasi menu agar anak-anak tidak merasa bosan dan makanan tidak terbuang sia-sia.

“Anak-anak sering buang makanan, terutama sayur seperti tumis toge. Kalau bisa, menunya lebih variatif, misalnya sop bayam atau sayur asem, pasti mereka lebih suka,” jelasnya. (yog/bob)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?