Kabupaten Malang, blok-a.com – Petani jeruk Kabupaten Malang menjerit, sebab buah hasil panennya kalah eksis dibanding buah impor.
Nasib petani jeruk di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang kini mulai terguncang di tengah gempuran jeruk impor yang tengah menjamur di pasaran.
Hal tersebut dirasakan oleh Petani jeruk sekaligus penjual buah di Pasar Blimbing, Purwati.
Sudah belasan tahun dirinya menekuni profesi sebagai petani jeruk. Namun, baru kali ini dirinya mengeluh hasil panennya tak laku di pasaran.
“Iya semua jenis (jeruk) terimbas, karena itu tadi impor sudah masuk. Penurunan paling drastis sih mulai tahun lalu,” tuturnya saat ditemui Blok-a.com di persawahan jeruk miliknya di Desa Selorejo.
Bahkan, Purwati mengatakan dalam satu tahun terakhir ini, dirinya mengalami penurunan penjualan mencapai 60 persen.
Hal tersebut, tentunya berimbas pada perekonomian petani jeruk di Desa Selorejo. Yang mana mayoritas warganya berprofesi sebagai petani jeruk.
“Sebelum masuk buah impor, kalau jeruk baby harganya enam ribu sampai tujuh ribu, itu langsung dari pohon. Jadi kita gak perlu lagi mengeluarkan ongkos, karena langsung di panen sama pembeli, sudah lepas. Kemarin adanya impor, ngasih harga lima ribu aja gak ada yang beli,” terangnya.
Tak berhenti disitu, dirinya juga mengeluhkan pupuk yang menjadi kebutuhan utama baginya yang berprofesi sebagai petani jeruk.
Purwati mengatakan, kini pupuk bersubsidi telah ditidakan oleh pemerintah. Bahkan, untuk membeli pupuk saja dipersulit karena harga yang melambung tinggi dan barang tidak ada.
“Pokoknya petani ini sangat sangat kesulitan, masalah pupuk kesulitan masalah penjualan jeruk sekarang kesulitan. Itu kami yang perlu diperhatikan disitu, di dua titik itu,” tutupnya.(ptu/lio)
Discussion about this post