blok-a.com – Dialog yang diselenggarakan oleh Mata Najwa kepada ketiga bakal calon presiden (bacapres) menuai banyak respon. Ketiganya adalah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Mereka beradu gagasan dan menunjukkan visi misinya sebelum beradu di Pemilihan Presiden 2024 mendatang. Pengamat Politik Universitas Widya Gama, Ramadhana Alfaris, menyebut memang ketiga Bacapres memiliki karakter yang kuat.
“Sangat terlihat jelas karakter kenegarawannya pada saat menyampaikan gagasan,” bebernya, pada (22/9).
Pengamat politik itu menyebut, dari 3 Bacapres, frame negarawan sangat lekat dengan Prabowo Subianto. Pancaran itu terlihat dari gagasan yang disampaikan dengan teknis. Najwa Shihab memang sempat mempertanyakan soal UU ITE pada Prabowo.
“Ketika sudah masuk pertanyaan yang sifatnya teknis seperti UU ITE, Pak Prabowo menjawab dengan sangat general dan elegan sehingga menunjukkan sikap demokratis dan menghargai otonomi lembaga di dalam Negara Indonesia,” ujar dia.
Pada dasarnya, lanjut dia, sosok presiden tidak harus banyak menyoroti hal-hal teknis belaka. Mengamati dari cara pandang Prabowo, dia menyebut mampu mengolahnya dengan apik yang memuat internalisasi konsep kenegaraan. Hal itu juga menjadi parameter bagaimana harga diri Indonesia di tangan presiden selanjutnya. Mengingat, proyek besar di tangan Presiden Joko Widodo, akan diwariskan. Proyek besar itu juga melibatkan berbagai negara, terutama Cina.
“Yang dinamakan posisi presiden sebagai kepala negara nantinya harus bertarung oleh negara besar di luar menggunakan ide yang besar,” ujar dia.
Menurut dia, hal ini cukup berbalik dari dua bacapres sebelumnya. Anies Baswedan memang memiliki penuturan yang sistematis dan logis, namun karakter masih tersangkut di framing teknokrat. Sementara Ganjar Pranowo harus bergelimang blunder, meski mampu menanggapi hal-hal internal negara. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diperhatikan kembali soal penyampaian gagasan untuk menguatkan karakter yang diinternalisasi negara.
Menilai soal karakter, Rama melihat itulah tujuan mengapa Najwa Shihab di ujung sesi selalu meminta bacapres bercermin. Ternyata hal itu sangat penting untuk mengetahui dan menilai refleksi apa selama ini yang mereka coba pancarkan.
Anies mampu membangun simpati dengan menceritakan masa kecil untuk memberikan pandangan bahwa dia orang biasa yang populis. Dia juga menyebut soal pesan dari ibu yang diingatnya. Sementara, Ganjar mencoba membentuk framing menjadi sosok yang ceria dan tegas. Sementara, Prabowo konsisten menunjukkan sikap pengabdian kepada negara Indonesia.
“Masih banyak individualistis pada kedua capres, yakni Anies dan Ganjar,” tandasnya. (mg2/bob)