Apakah Indonesia Cocok Dengan Sistem Pendidikan Finlandia? Ini Kata Pakar

Profil Pakar Pendidikan Universitas Brawijaya (blok-A.com/Defrico Alfan)
Profil Pakar Pendidikan Universitas Brawijaya (blok-A.com/Defrico Alfan)

Kota Malang, blok-A.com – Finlandia adalah negara dengan sistem pendidikan terbaik. Selain itu, Finlandia juga menjadi negara paling bahagia di dunia. Menurut data dari PISA, Finlandia menjadi satu-satunya negara yang di mana siswanya memiliki kemampuan literasi dan tingkat harapan hidup relatif tinggi.

Salah ciri dari sistem pendidikan Finlandia adalah memfokuskan tentang kebahagiaan anak di sekolah. Dari data yang dihimpun blok-A.com, sistem pendidikan Finlandia jarang sekali memberikan PR bagi siswanya. Tidak hanya itu, mereka menghabiskan waktu belajar sekitar 5 jam sehari, mulai pukul 8 pagi hingga 1 siang. Setiap 45 menit pembelajaran, para siswa di Finlandia diberikan waktu istirahat sekitar 15 menit.

Bukti Indonesia Mulai Menerapkan Sistem Pendidikan Finlandia

Salah satu institusi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berskala internasional di Indonesia yang menerapkan sistem pendidikan Finlandia adalah KIPINA Kids Indonesia.

Sudino Lim, CEO KIPINA Kids Indonesia menjelaskan, banyak faktor yang membuat sistem pendidikan Finlandia jadi salah satu terbaik di dunia. Di antaranya, pendidikan guru yang bagus hingga kurikulum yang terstruktur dengan baik.

“Mereka sangat fokus pada kebahagiaan anak dan kecintaan anak di sekolah. Itu yang diperhatikan pertama,” paparnya.

Dia mencontohkan, ada kegiatan wajib yang harus dilakukan oleh siswa di sekolah. Siswa harus berjemur minimal satu jam. Selain baik bagi kesehatan, mereka juga bisa belajar dekat dengan alam. Kegiatan ini pun terbukti membuat anak-anak lebih bahagia daripada harus belajar dalam kelas seharian.

KIPINA Kids Indonesia telah memulai kiprahnya sejak 2020. Tahun ini secara resmi melakukan pembukaan empat sekolah yang tersebar di berbagai wilayah di Jabodetabek, yaitu Gading Serpong, Kelapa Gading, Kemang, serta sekolah terbaru di Bekasi. Antusiasme keluarga Indonesia sangat tinggi untuk bisa mendapatkan metode pendidikan terbaik yang ditawarkan KIPINA.

Yayasan Akademi Anak Indonesia (YAAI) yang menaungi KIPINA Kids Indonesia menghadirkan metode pendidikan yang mendukung transformasi ekosistem PAUD dengan memberikan kurikulum terbaik. Hal ini diwujudkan melalui desain lingkungan belajar yang positif dan kegiatan belajar mengajar.

Selain itu, KIPINA juga melakukan pengembangan profesi guru dengan salah satu perguruan tinggi terkemuka di Finlandia, serta melibatkan orang tua dan teknologi melalui aplikasi yang mudah digunakan untuk mendapatkan informasi perkembangan buah hati secara berkelanjutan.

Sekitar pukul 10.00 WIB, blok-A.com menghubungi salah satu pakar pendidikan yang ada di Kota Malang, Lukman dari Universitas Brawijaya.

Pakar Pendidikan Universitas Brawijaya Malang tersebut memberikan tanggapannya terkait sistem pendidikan Finlandia, yang sudah mulai diterapkan di Indonesia. Ia meyakini bahwa sistem tersebut, sudah mulai diadaptasi oleh negeri kita sendiri.

“Memang sistem pendidikan Finlandia berfokus pada kebahagiaan anak itu sendiri. Sebenarnya di K13, seperti pelajaran tematik itu mulai diterapkan sama seperti sistem Finlandia,” ungkapnya.

Lanjut Lukman, ia berpendapat bahwa anak-anak di Indonesia, mengalami penurunan motivasi belajar, karena konteks pembelajarannya, tidak sesuai dengan dunia nyata yang mereka senangi. Sehingga menimbulkan siswa-siswi di sekolah untuk malas belajar. Lukman mengambil contoh pada rumus-rumus yang ada di sekolah.

“Kita pernah merasakan mas, rumus-rumus matematika, fisika, sulit untuk dikorelasikan dengan dunia nyata. Sehingga anak-anak berpikir, malas untuk belajar dan tidak berhubungan dengan apa yang mereka suka,” ucapnya.

Menurut Lukman, ada tiga faktor yang harus diperbaiki Indonesia, agar bisa mengejar sistem pendidikan terbaik seperti Finlandia. Faktor yang pertama, Lukman menyinggung jika di Indonesia sendiri, banyak guru-guru yang masih sulit beradaptasi dengan pembelajaraan kekinian.

“Sebagian guru kita yang sudah berumur, itu kemungkinan lambat beradaptasi dengan konsep pembelajaran kekinian. Tapi guru yang fresh graduate, sekitar umur 20-30 tahun, itu masih bisa mengikuti pembelajaran kekinian. Tapi kan gak banyak mas,” tutur Lukman.

Faktor kedua, adalah soal kesejahteraan guru di Indonesia. Lukman memberikan data kepada blok-A.com, bahwa Finlandia bisa membayar guru sekolah di sana, sekitar Rp 400 juta per tahun. Hal ini bertolak belakang dengan Indonesia, melihat masih ada guru yang hanya mendapatkan gaji ratusan ribu per bulannya.

“Kedua masalah kesejahteraan guru mas. Jika dikalkulasikan ke rupiah, guru di Finlandia bisa mendapat ratusan juta per tahunnya, sehingga mereka fokus dalam meng-upgrade diri, demi memberikan pembelajaran terbaik bagi muridnya,” imbuhnya.

Faktor terakhir menurut Lukman, adanya kebijakan lulusan non keguruan, yang bisa menjadi guru asalkan mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG). Lukman tidak setuju perihal ini. Sebagai lulusan di bidang pendidikan, Lukman membutuhkan waktu yang lama, agar bisa masuk dunia mengajar.

“Menurut saya tidak sesuai, karena dulu saat saya S1, itu butuh tiga tahun dalam mengkaji ilmu pendidikan. Sedangkan program PPG, hanya beberapa bulan atau tahunan gitu, saya tidak tahu,” tutur Lukman.

“Harusnya, yang boleh menjadi guru adalah orang-orang yang memiliki lulusan keguruan. Lantas, buat apa adanya jurusan keguruan, jika jurusan ilmu murni seperti Biologi, Fisika, Matematika, bisa menjadi guru juga,” tutup Lukman.
(rco)

Baca berita ter-update di Google News Blok-a.com dan saluran Whatsapp Blok-a.com

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?