Ruwatan Murwakala di Kayangan Api Bojonegoro, Tradisi Turun-temurun yang Masih Lestari

Caption: Ruwatan Murwakala di area wisata Kayangan Api, Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro pada Rabu (19/07/2023).

Bojonegoro, blok-a.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) sukses menggelar Ruwatan Murwakala di area wisata Kayangan Api, Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro pada Rabu (19/07/2023).


Ruwatan ini diikuti sebanyak 154 peserta secara gratis. Diiringi pagelaran wayang kulit yang dipimpin oleh Dalang Ki Sunyoto.


Hadir dalam gelaran tersebut Bupati Bojonegoro, Anna Mu’awanah, bersama Forkopimda, beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkup Pemkab Bojonegoro, Forkopimcam, serta Pemerintah Desa setempat.

Dalam sambutannya, Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah menyatakan bahwa kegiatan ruwatan merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak lama. Tradisi ini dapat dilacak dari sejarah sebelum masuknya Islam, yang masih turun temurun hingga saat ini.

“Bagaimana kita berziarah dan berkirim doa kepada para leluhur, termasuk ada wali, sesepuh-sesepuh pendiri negara, itu juga bagian dari keyakinan kita,” tegasnya.

Bupati Anna juga mengungkapkan bahwa dua tahun sebelumnya, ia juga telah melakukan ruqyah untuk anak-anaknya.

Ia memiliki tiga orang anak, yaitu satu perempuan, dua laki-laki, dan yang terakhir perempuan. Dalam tradisi Jawa, hal itu dikenal sebagai pancuran keapit sendang.

“Saya juga melakukan itu, karena adanya istilah pancuran keapit sendang,” ungkapnya.

Ibu Pembangunan Bojonegoro ini berharap agar ruwatan ini menjadi agenda tetap di Disbudpar setiap tahun, dan kedepannya bisa semakin digelar dengan suasana yang lebih sakral.

“Tapi saya yakin hari ini juga sudah sangat sakral. Dengan niat yang positif, setelah dilakukan ruwatan ini, saya yakin akan mengeluarkan energi-energi positif karena sugesti.

Maka mari kita bersugesti yang positif sehingga energi-energi positif kita yang keluar, karena setiap manusia memiliki energi positif dan negatif,” imbuhnya.

Kepala Disbudpar Bojonegoro, Budiyanto, menjelaskan tujuan diselenggarakannya Ruwatan Murwakala tahun 2023.
Menurutnya, tujuan pertama adalah untuk melestarikan dan aktualisasi adat budaya daerah Kabupaten Bojonegoro.

Kedua, untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap seni tradisi dan budaya daerah. Dan ketiga, untuk mengenalkan budaya ruwatan sebagai tradisi di Kabupaten Bojonegoro.

“Ruwatan massal ini juga bertujuan untuk memfasilitasi masyarakat Bojonegoro agar bisa menyelenggarakan ruwatan murwakala,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan kebijakan Bupati Bojonegoro untuk memfasilitasi masyarakat dalam meruwat anak cucunya.

Ruwatan ini tidak hanya dilakukan di Bojonegoro, melainkan merupakan bagian dari budaya leluhur yang telah ada sejak masa Singasari, Majapahit, hingga saat ini.

“Terbukti di candi-candi Singasari, yakni Candi Jago dan Candi Kidal, di sana ada relief yang menceritakan tentang ruwatan.

Di Mataraman sekarang ada kitab-kitab centini kitab pedalangan, kitab nawaruci semua juga mengajarkan ruwatan di tanah Jawa ini. Maka ini adalah tradisi leluhur yang perlu kita lestarikan,” tandasnya.

Budiyanto menambahkan bahwa warga yang memiliki anak-anak dalam kondisi sukerto (menanggung beban namanya sukerto) perlu meruwat.

Hal ini mencakup berbagai jenis sukerto seperti ontang anting (anak satu laki-laki), kedono kedini (dua anak diantaranya laki-laki dan perempuan), uger-uger lawang (anak laki-laki dua bersaudara), dan lainnya.

“Peserta ruwatan tahun ini adalah warga atau masyarakat Bojonegoro, pada ruwatan tahun ini ada 19 jenis sukerto atau kategori anak-anak diruwat yang dilakukan secara gratis,” jelasnya.

Total keseluruhan ada 154 pendaftar. Jadi 1 peserta bisa berarti 1 orang, 2 orang, bahkan 5 orang, tergantung jenis sukerto yang dimiliki.

Pada pagi hari ini, tidak kurang dari 597 orang mengikuti kegiatan ruwatan ini yang terdiri dari anak-anak yang diruwat dan orang tua yang mendampingi mereka.

“Alhamdulillah, tahun-tahun sebelumnya hanya ada 50 peserta. Tahun ini jumlahnya bisa tiga kali lipat karena kondisi sudah memungkinkan. Dan Ibu Bupati Anna Mu’awanah memberikan izin sehingga banyak masyarakat yang ikut serta dalam ruwatan ini tahun ini,” pungkasnya.(sil/lio/adv)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?