blok-a.com – Satelit Republik Indonesia (Satria)-1 telah sukses mengangkasa pada Senin (19/6/2023) pukul 5.21 WIB atau Minggu (18/6/2023) pukul 18.21 waktu Florida, Amerika Serikat.
Satelit terbesar milik Indonesia ini meluncur menujut target orbit 146 Bujur Timur, tepatnya berada di atas langit Papua.
Satria-1 dibawa roket Falcon 9 milik SpaceX Elon Musk dari landasan di Cape Canaveral, Florida.
Falcon 9 adalah roket yang mendarat vertikal dan bisa dipakai ulang untuk misi selanjutnya.
Tahap pertama peluncuran Satria-1 berjalan lancar. Hingga pendorong pertama melepaskan diri lalu Falcon 9 mendarat sempurna di Bumi.
Pada tahap kedua, Satria-1 melanjutkan perjalanan sambil dibawa pendorong kedua menuju target orbit.
Tercatat, Satria-1 butuh waktu 27 menit hingga sampai di orbit yang sudah ditetapkan.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) sekaligus Plt Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Mahfud MD mengatakan, Satria-1 diluncurkan untuk meratakan akses internet di area tertinggal, terdepan, terluar (3T).
“Fungsi Satria 1 ini adalah untuk meratakan akses internet, terutama untuk keperluan pendidikan, kesehatan, layanan publik untuk masyarakat, untuk TNI, Polri, di seluruh wilayah Tanah Air, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terpencil,” kata Mahfud dalam keterangannya melalui video.
Satelit yang dibangun oleh Satelit Nusantara 3 dan dirakit Thales Alenia Space (TAS) di Prancis memakai platform SpaceBus NEO ini, ditargetkan bisa memfasilitasi layanan internet di 50 ribu titik fasilitas publik dengan kecepatan 4 Mbps.
Dalam kesempatan tersebut, Mahfud menegaskan bahwa Satria-1 ini tidak ada hubungannya dengan kasus BTS 4G Bakti Kominfo.
“Karena ini merupakan proyek tersendiri untuk memberikan layanan publik di daerah tertinggal, terdepan, dan terpencil. Terutama itu tadi, untuk sekolah, rumah sakit, kantor-kantor pemerintah di tempat terpencil, kemudian di pos-pos Polri dan TNI di berbagai daerah terpencil, terluar, dan tertinggal,” kata Mahfud.
Sebagai informasi, biaya investasi pembuatan Satria-1 ini sempat membengkak. Dari rancangan awalnya US$450 juta (sekitar Rp6,6 triliun) menjadi US$540 juta (sekitar Rp8 triliun).
Biaya tambahan salah satunya karena semula Satria-1 akan diangkut menggunakan pesawat Antonov. Namun tak bisa dilakukan karena terbentur situasi perang Rusia dan Ukraina.
Satria-1 diangkut dengan kapal kargo Nordic dari perancis menuju Cape Canaveral melalui jalur laut yang membutuhkan waktu 17 hari.
Satria-1 ditargetkan beroperasi penuh mulai Januari 2024. Satelit itu merupakan satelit multifungsi pertama milik pemerintah Indonesia dengan kapasitas terbesar di Asia.(lio)