Surabaya, blok-a.com – Rehabilitasi terumbu karang kali pertama dilakukan pada 2022, sedangkan pada 2023 dilanjutkan di Trenggalek.
Baru 2,4 Hektare (Ha) area yang direhabilitasi pemerintah provinsi dengan menggandeng sejumlah kabupaten. Yakni Probolinggo, Trenggalek, Situbondo, dan Sumenep.
Sehingga hutan Mangrove di Jawa Timur yang mencapai 1.800 Ha itu telah ditanami 7 juta pohon atau setara 48% hutan Mangrove se Pulau Jawa.
Metode dalam rehabilitasi Mangrove salah satunya menggelar Festival Mangrove. Kali pertama, festival digelar 2019 di Menunggul Mangrove Park Pasuruan.
Kedua, di 2020 di Poltera Sampang, dan pada 2021 di Pulau Lusi Sidoarjo, dan ke-4 akan digelar di Hutan Mangrove Cengkrong Trenggalek, Maret 2023.
Adapun tujuan dalam rehabilitasi Mangrove dan Terumbu Karang itu adalah kaitannya Jawa Timur menuju era Blue Economy.
Blue Economy ini adalah pemanfaatan sumber daya laut yang memperhatikan keberlangsungannya.
Imbasnya, ada pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan lapangan kerja di lingkungan bahari, dan berdampak positif pada kesehatan ekosistem laut.
Pintu masuk transisi ke Blue Economy ini adalah dari pembangunan Kawasan Pantai Mutiara, Pantai Prigi di Trenggalek.
Demikian terungkap saat Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, terlibat langsung penyiapan terumbu karang untuk ditanam di dasar laut di Kawasan Pantai Mutiara Trenggalek, Selasa (21/2/2023).
Media dasar penanaman itu beda dari biasanya, kali ini berbentuk hati. Ini menyimbolkan cinta masyarakat Jatim, dan Khofifah, kepada alam dan biota laut.
Proses penanaman terumbu karang berjalan lancar. Kali ini ditanam di di kedalaman 5- 6 meter dengan luasan 250 x 600 meter. Sebelumnya, telah dilakukan penanaman terumbu karang di kedalaman 11 m.
Di sini, ada Rumah Apung dan Keramba Jaring Apung, Rehabilitasi Terumbu Karang, Rumah Ikan dan Underwater Restocking, Ekowisata Bahari dan gelaran produk UMKM.
“Ini sudah ada apartemen ikan yang akan menambah spesies ikan yang selama ini berkembang di kawasan Pantai Mutiara Trenggalek,” ujar Khofifah.
Menurutnya, pergeseran dari Green Economy ke Blue Economy, harus betul-betul memperhatikan kesejahteraan ekosistem di laut, karena akan berdampak ke kesejahteraan di darat.
Tim verifikator juga menilik ekowisata mangrove Cengkrong. Di sana ada hutan mangrove dan turunan hilirisasi, salah satunya yang akan di display adalah batik dari zat pewarna Mangrove.
Kampanye Rehabilitasi Mangrove terus digalakkan mengajak Polri, TNI, LSM, Aktivis, pejabat pemerintah, swasta, Ormas OKP, dan elemen lainnya. Termasuk hilirisasi Mangrove untuk bisa mengolah produk-produk berbahan Mangrove.
Salah satu produk UMKM, untuk cenderamata kepada peserta G20 lalu di Bali, adalah batik dengan pewarna batik dari dark Mangrove.
Khofifah optimis bahwa Pantai Mutiara dan Pantai Prigi Cengkrong telah menjadi contoh awal atau prototype ekosistem laut yang baik bagi upaya pengembangan potensi bahari lain di Jatim.
Dari sini, Jatim telah optimis langkah nyata lebih awal meraih Net Zero Emisi (NZE) di 2060 bisa direngkuh.
Sementara itu Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, mengatakan replantasi terumbu karang di bawah laut kawasan Pantai Mutiara manfaatnya telah dirasakan masyarakat.
“Nelayan sekitar sudah merasakan. Katanya banyak gurita dan ikan-ikan lain yang mulai masuk ke wilayah ini,” ucapnya
Untuk menjaga ekosistem bawah laut yang membaik Cak Ipin dan Pokmas memasang bola-bola merah apung penanda ada rumah ikan dan replantasi terumbu karang.
Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Rembeng Raya Kacuk Wibisono, terima kasih kepada Pemprov Jatim karena manfaat dirasakan Pokmas sendiri.
“Karena kita terfokus pada pelestarian bawah laut, jadi dengan bantuan rumah ikan dan transpalansi terumbu karang membuat ekosistem bawah laut di Pantai Mutiara semakin membaik,” katanya, usai tanam Terumbu Karang, dengan Gubernur Jatim.
Saat ini bahkan biota laut seperti gurita, ikan momo (sirip kuning) dan ikan-ikan lainnya sudah muncul di lokasi ini.(kim/lio)