blok-a.com – Fenomena langka Gerhana Matahari Hibrida akan berlangsung di Indonesia hari ini, Kamis (20/4/2023). Umat Islam dianjurkan untuk mengerjakan salat gerhana Matahari.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menjelaskan, gerhana Matahari hibrida adalah peristiwa gerhana Matahari total dan gerhana Matahari cincin yang terjadi secara berurutan dalam satu fenomena gerhana.
“Dimulai dengan Gerhana Matahari Cincin berubah menjadi Gerhana Matahari Total (GMT), kemudian kembali menjadi Gerhana Matahari Cincin dalam waktu singkat,” tulis LAPAN dalam unggahan di Instagram.
Gerhana Matahari pada Ramadan 2023 adalah salah satu dari empat gerhana yang akan terjadi di 2023.
Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Johan Muhammad mengatakan, sebagian besar lintasan jalur GMT 2023 melewati wilayah lautan seperti Laut Timor dan Laut Banda.
“Prakiraan yang kami dapatkan adalah untuk Gerhana Matahari Total di Biak kontak yang terjadi adalah mulai gerhana sebagian adalah pada pukul 12.20 WIT, mulai gerhana total pada pukul 13.56 WIT,” tuturnya.
“Puncak gerhana total adalah pada pukul 13.57 WIT, akhir gerhana total pada pukul 13.57 WIT, dan akhir gerhana sebagian pada pukul 15.26 WIT,” lanjut Johan.
Mayoritas ulama menyatakan bahwa hukum menjalankan salat gerhana baik gerhana matahari maupun gerhana bulan adalah sunah muakkadah.
Pendapat ini didasarkan pada firman Allah SWT yang artinya:
Sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Jangan kalian bersujud pada matahari dan jangan (pula) pada bulan, tetapi bersujudlah kalian kepada Allah yang menciptakan semua itu, jika kamu hanya menyembah-Nya. (QS Fushilat [41]: 37).
Melansir NU Online, waktu pelaksanaan salat gerhana matahari sebagaimana yang dijelaskan oleh Habib Zain bin Ibrahim bin Smith ialah mulai dari awal perubahan matahari sampai sinarnya terang kembali. Atau sampai terbenamnya matahari meskipun masih dalam keadaan gerhana.
Artinya, jika matahari sudah kembali normal, atau masih gerhana namun sudah terbenam, maka waktu disunnahkannya salat gerhana sudah tidak ada (Habib Zain bin Smith, Taqriratus Sadidah fil Masailil Mufidah, [Darul Mirats an-Nabawi], 2003, h. 347).
Sunah salat gerhana Matahari pertama kali disyariatkan pada tahun kedua hijriyah. Sedangkan shalat gerhana bulan pada tahun kelima hijriyah dan menurut pendapat yang kuat (rajih) pada bulan Jumadal Akhirah.
Niat Salat Gerhana Matahari
Berikut ini lafal niat Shalat Gerhana Matahari yang dapat dibaca ketika hendak melaksanakan salat sunnah tersebut:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Bacaan Latin:
Ushallî sunnatan likusûfisy syamsi rak’ataini lillâhi ta’âlâ
Artinya:
“Saya niat shalat sunnah gerhana matahari dua rakaat karena Allah ta’âla.”
Dalam kitab Syarah Yaqutun Nafis disebutkan bahwa shalat gerhana bisa dilakukan dengan salah satu dari tiga cara, yaitu:
- Saalat dua rakaat seperti saalat sunnah tahiyatul masjid, dengan memperpendek bacaan-bacaannya. Cara ini merupakan cara paling gampang dan ringan.
- Salat dua rakaat dengan dua kali berdiri dan dua kali ruku’ dalam setiap rakaat, tanpa memperpanjang bacaan-bacaannya.
- Salat dua rakaat dengan dua kali berdiri dan dua kali ruku’ dalam setiap rakaatnya, serta memperpanjang bacaan-bacaan di dalam shalat. Cara inilah yang paling utama.
Tata Cara Salat Gerhana Matahari
Salat gerhana matahari dilakukan tanpa didahului dengan adzan atau iqamah. Yang disunnahkan hanyalah panggilan shalat dengan lafadz “ashshalâtu jâmi‘ah.”
Berikut panduan dan tata cara shalat gerhana matahari:
1 Membaca niat shalat gerhana sambil takbiratul ihram
2. Membaca doa iftitah dilanjutkan dengan taawudz
3. Imam membaca surat Al-Fatihah dan surah lainnya. Disunnahkan membaca surah AL-Baqarah namun boleh juga surah pendek lainnya. Adapun pembacaan ini dilafalkan secara sirry (tanpa dikeraskan)
4. Ruku’
5. Bangun dari ruku’ (i’tidal).
6. Setelah i’tidal tidak langsung sujud, tapi dilanjutkan dengan membaca surah AL-Fatihah dan surah lainnya. Disunnahkan membaca Surah Ali Imran atau boleh juga baca surah pendek lainnya. Dibaca secara sirry (tanpa dikeraskan)
7.Ruku’ yang kedua
8.Bangun dari ruku’ (i’tidal). Imam membaca ‘sami’allāhu li man ḥamidah’, dan makmum membaca ‘rabbanā wa lakal-ḥamd’.
9. Sujud
10. Berdiri untuk melanjutkan rakaat kedua. Membaca surat Al-Fatihah dan surat lainnya. Disunnahkan membaca QS An-Nisa atau boleh juga membaca surah pendek lainnya. Dibacakan dengan sirry (tanpa dikeraskan).
11. Ruku’
12.Bangun dari ruku’ (I’tidal)
13. Seperti rakaat pertama, tidak langsung sujud tapi dilanjutkan dengan membaca surat Al-fatihah dan surah lainya. Sunnahnya membaca QS Al-Ma’idah atau boleh juga surah pendek lainnya. Dibacakan secara sirry (dikeraskan).
14. Ruku’ yang kedua
15. Bangun dari ruku’ (i’tidal)
16. Sujud
17. Tasyahud Akhir
18. Salam.
Menurut Habib Ibrahim bin Smith, hikmah disyariatkannya salat gerhana adalah sebagai peringatan kepada orang-orang yang menyembah dan mempertuhankan matahari dan bulan, bahwa kedua benda langit itu tidak memiliki daya dan kekuatan apa pun, tidak bisa mendatangkan kebaikan dan keburukan, tidak pula memberikan manfaat dan mudarat.
Keduanya sama-sama makhluk Allah ﷻ yang tidak boleh disembah. (lio)