Kota Malang, blok-a.com – Pengelolaan sampah di TPA Supit Urang Kota Malang kini ramah lingkungan.
Sebab, sampah sebelum dibuang di TPA Supit Urang dilakukan sorting hingga limbah sampah tidak merusak air tanah dan sungai.
Alhasil air tanah milik warga di TPA Supit Urang ini aman dikonsumsi. Tak hanya itu, bau sampah di TPA Supit Urang kini tidak terlalu kuat.
Ada dua cara agar sampah yang dibuang ke satu-satunya TPA di Kota Malang tersebut menjadi ramah lingkungan.
Pertama adalah dilakukan sorting atau pemilahan sampah.
Pemilahan sampah ini dilakukan dengan teknologi modern yang didanai Jerman bernama Emission Reduction in Cities–Solid Waste Management (ERIC-SWM).
“Jadi sejak 2021 ada kerjasama untuk mengelola sampah di TPA Supit Urang dengan teknologi yang didanai Jerman,” tutur Koordinator Umum TPA Supit Urang, Much. Zaenuri Rabu (24/5/2023).
Sorting sampah ini awalnya adalah dilakukan penimbangan setiap truk sampah yang ke TPA Supit Urang. Setiap truk yang akan ke TPA Supit Urang akan melalui jembatan timbang. Berat sampah yang diangkut setiap truk ataupun kendaraan roda hingga pikap akan ditimbang. Berat sampah itu akan didata secara online dan terkirim ke sistem sampai pemerintah pusat.
Setelahnya, sampah akan mulai disorting atau dipilah. Pemilahan sampah pun dimulai dengan sebuah mesin. Mesin itu akan memilah mana sampah yang bisa didaur ulang dan tidak.
Sampah yang didaur ulang pun secara otomatis akan dibedakan jenisnya. Ada yang plastik ataupun logam semua dibedakan.
“Kalau yang logam nanti dipisahkan ada magnetnya dan yang plastik akan dibedakan jenisnya,” tuturnya.
Setelah dipisahkan, sampah itu akan ditimbun. Sampah berupa plastik, logam, hingga kertas itu akan diletakkan di tempat hingga nantinya diambil.
“Ini (sampah yang beda jenis) diambil oleh Bapenda nanti Bapenda yang mengelola,” kata dia.
Selain sampah anorganik yang bisa dijual, sampah organik berupa sayuran atau buah juga akan disisihkan. Ada ruangan sendiri untuk menyisihkan sampah organik tersebut.
Sampah organik itu akan diolah menjadi pupuk kompos. Pupuk kompos itu nantinya akan dibagikan ke warga Kota Malang yang membutuhkan secara gratis.
“Tidak kami jual. Pupuk kompos dari TPU Supit Urang ini akan dibagikan gratis ke warga. Atau kalau ada program penghijauan kami yang akan mensupply pupuknya.” tuturnya.
Sampah yang diolah itu di TPA Supit Urang itu sehari bisa mengurai sampah hingga 18,5 ton per hari. Rinciannya 15 ton kurang lebih sampah akan diurai menjadi kompos dan 3,5 ton akan dipilah menjadi sampah yang bisa digunakan lagi seperti plastik, hingga alumunium.
Seharinya yang masuk ke sistem sorting itu adalah 35 ton sampah.
“35 ton itu gak semua mas. Kalau setiap harinya itu 500 ton sampah sekitaran segitu. Yang masuk ke kami 35 ton itu karena keterbatasan SDM. Jadi gak semua kami sorting.” tuturnya.
Sampah sisa setelah disorting atau sampah residu itu lalu dibawa ke sanitary landfill.
Sebelum dibuang ke TPA Supit Urang, setiap truk ditimbang lagi.
“Ya tujuannya adalah apakah ketika disorting itu beratnya berkurang begitu, Jadi ditimbang lagi.. Dan yang dibuang ke TPA Supit Urang itu jadi hanya sampah yang sudah gak bisa digunakan lagi,” kata dia.
Sanitary Landfill adalah cara kedua yang menjadikan TPA Supit Urang Kota Malang agar ramah lingkungan.
Sanitary Landfill yang memakan 4,5 hektar di TPA Supit Urang ini membuat sampah yang ditimbun di TPA Supit Urang tidak merusak tanah dan air tanah.
Di sekitar TPA Supit Urang banyak warga yang masih memanfaatkan air tanah melalui sumur.
Dengan adanya Sanitary Landfill, Zaenuri mengatakan, sumur di warga tidak ada yang terkontaminasi sampah.
“Jadi sanitary landfill ini mengantisipasi adanya air lindi sampah yang masuk tanah.” kata dia.
Di TPA Supit Urang tepatnya yang menggunakan Sanitary Landfill, alas untuk membuang sampah dilapisi terpal hingga batu koral. Alhasil, timbunan sampah tidak akan bersentuan langsung dengan tanah dan tidak akan merusak air tanah.
Tak hanya itu, pipa air lindi dan pipa gas metana juga terdapat di Sanitary Landfill.
Hal ini bertujuan mengumpulkan air lindi dan gas metana yang dihasilkan dari sampah yang ditimbun.
Air lindi sampah itu pun dikelola melalui Leachete treatment plan (LTP) yang berada di TPA Supit Urang.
“Diolah di LTP. Dan hasilnya limbah air sampah itu hingga nantinya dibuang ke sungai jadi aman. Tidak bau dan tidak mematikan ekosistem hewan di sungai. Banyak di sini warga yang ternak ikan di sungai ikannya gak meninggal,” kata dia.
Tak hanya itu air lindi sampah yang mengalir langsung ke pipa, membuat timbunan sampah di TPA Supit Urang tidak bau menyengat lagi.
“Warga pun sekarang jarang bau sampah. Kalau dulu ya baunya menyengat. Sekarang ini baunya berkurang karena selain sanitary landfill kan sebelumnya juga disortir. Sampah organik sudah disisihkan juga,” tuturnya. (bob)