Melihat Republik Lele, Beternak Ikan dengan Market Tertinggi – Bisa Cegah Stunting

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengunjungi Republik Lele di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengunjungi Republik Lele di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.

Surabaya, blok-a.com – Tidak hanya market pasarnya luas, untung tinggi, dan komoditi paling prospek, Ikan Lele, juga jadi senjata melawan stunting.

Ikan Lele diketahui memiliki kandungan protein tinggi yang sangat baik untuk asupan gizi dan bisa mencegah stunting.

Kandungan selain protein, yakni kalsium, lemak, selenium, fosfor, natrium, kalium, vitamin A, B1, B12, dan Omega 3 tinggi untuk perkembangan mata, otak dan jaringan syaraf.

Dalam 100 gram Ikan Lele, mengandung 18 gram protein. Sedangkan kebutuhan protein harian untuk anak di bawah 4 tahun adalah 13 gram.

Dengan kandungan merkuri yang rendah, Ikan Lele mencegah risiko stunting pada anak secara optimal.

Untuk itulah Republik Lele di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, yang berdiri sejak 1985 ini terus mengembangkan perikanan Lele ini, dengan teknologi sederhana.

Bahkan, Kamis (6/7/2023) Bupati Kediri Hanindito Himawan, menggelontor bantuan bibit Ikan Lele Mutiara, sebanyak 10.000 ekor.

Di Republik Lele ini, produksinya per hari mencapai 11 ton. Untuk pasar di Surabaya saja dijatah 8 ton dari rerata kebutuhan 15 ton per harinya.

Sisa produksi Republik Lele, yakni 3 ton dikirim hingga ke Jawa Tengah.

Republik Lele, bisa dianggap sukses mengembangkan bisnis Lele, dengan ekosistem hulu hingga hilir memakai jenis varietas Lele Mutiara.

Dalam satu kolam, disebar benih lele berukuran 5-6 cm sebanyak 5000 ekor. Selang 3 bulan, kolam ini akan mampu menghasilkan 350-400 kuintal Lele berukuran 8-14 ekor per kilogram.

Sementara itu, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana menyampaikan bahwa produksi Lele Kediri 2022 mencapai 16.310,1 ton, naik dari 2021 yakni 16.279 ton.

“Produksi Lele nilai ekonomisnya bisa mencapai Rp250 miliar per tahun,” ucapnya.

Sejalan dengan Gubernur Khofifah, Hanindhito juga mengatakan produksi Lele, itu melimpah harus diiringi dengan hilirisasi olahan Lele.

“Jadi olahan-olahan seperti abon, keripik, kerupuk, sempol dan lainya,” jelasnya.

Terkait pencegahan stunting, pada bulan timbang pada 2022 prosentase stunting di Kabupaten Kediri mencapai 10,23% dan pada Februari 2023 turun ke angka 9,78%.

“Ini menunjukkan, kami sudah on the right track. Kami mohon doa dan dukungan, termasuk soal Bandara Kediri, Insya Allah operasional Oktober 2023 besok,” pungkasnya.

Di tempat sama, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat Jawa Timur memanfaatkan peluang budidaya Lele. Selain pasar sangat besar, kandungan proteinnya dapat mencegah stunting pada anak.

Lele menempati ranking II terbanyak budidaya di Jatim setelah ikan Bandeng dan disusul urutan ketiga, budidaya Udang Vaname.

Usai panen Lele di Pare sebanyak 1,6 ton, Khofifah mengatakan Jatim sudah menginisiasi program Kolam Lele Keluarga (KoLeGa).

KoLeGa ini adalah satu kegiatan prioritas peningkatan konsumsi ikan untuk mengurangi angka stunting dan kemiskinan di Provinsi Jawa Timur, sejak 2018.

Inovasi ini murni inisiatif dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim, untuk rumah tangga yang terindikasi stunting dan ekonomi rendah di kabupaten/kota.

Warga penerima manfaat dan yang masuk data desa dengan angka stunting tinggi atau ekonomi rendah dapat mengajukan KoLeGa melalui Pemkab setempat yang akan diteruskan ke Pemprov.

Dia juga mendorong hirilisasi Lele karena produksinya tinggi, yakni dengan inovasi dan varian produk lebih baru.

Semisal produk bisa lama expired date-nya, atau sampai 8 bulan tanpa bahan pengawet.(kim/lio)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?