Kota Malang, blok-a.com – Hendra Saputra masih suka berkunjung ke Alun-alun Merdeka.
Alun-alun merdeka itu masih jadi tempat favoritnya untuk menghabiskan akhir pekan bersama istri meskipun kini ada wisata baru yang gemerlap Kayutangan Heritage.
Dia punya alasan tersendiri memilih untuk berkunjung ke pusat taman di Kota Malang itu. Dia suka jajanan-jajanan kaki lima yang berada di Alun-alun Merdeka.
Jajanan itu ada yang tidak pernah berubah sejak ia kecil. Salah satu jajanan yang tidak berubah itu adalah tahu petis.
“Kalau ke Alun-alun itu saya suka jajanan tahu petis. Jadi ingat waktu kecil. Gak ada yang beda. Bedanya mungkin harga saja,” kata dia.
Saat ini harga tahu petis itu dijual dengan harga Rp 500 ribu per tahu. Biasanya yang jual adalah ibu-ibu dengan membawa wadah dari bambu dan membawanya dengan dipikul.
Hendra dan beberapa pengunjung di taman yang berada di Jalan Merdekaitu kadang langsung mengambil tahu dan dilumuri petis, lalu dimakan di tempat. Bayarnya setelah sudah puas makan tahu.
Warga asli Kota Malang ini pun tidak pernah bosan dengan suasana Alun-alun Merdeka. Meskipun sudah 20 tahun lebih, dia mengaku selalu ada yang baru dan buat kerasan di Alun-alun Merdeka.
“Selalu berbeda dan ini yang buat nyaman,” jelasnya.
Alun-alun Merdeka memang dulunya sempat membuat tidak nyaman pengunjung. Sebab, di media tahun 2000-an awal taman yang berada di tengah Kota Malang itu masih banyak sudut-sudut yang tidak terawat.
Tak jarang pula bau pesing juga menjadi momok para pengunjung enggan hadir ke Alun-alun Merdeka.
Namun sejak direvitalisasi Alun-alun Merdeka menjadi daya tarik kembali bagi masyarakat tepatnya di tahun 2015-an lalu.
Alun-alun itu menjadi lebih ramah anak. Alhasil anak-anak dan para orang tua suka berkunjung ke taman itu lagi.
Pembangunan pun dilakukan seperti skatepark, play ground untuk anak kecil, hingga air mancur menari, amphiteater, photobooth, papan catur raksasa, dan ruang bagi ibu menyusui.
Namun, ada masalah tahun di 2022 ini. Penerangan di Alun-alun mulai redup. Lampu-lampunya tak terang saat malam. Masih kalah dengan Kayutangan Heritage yang kini jadi primadona.
Putri Maharani warga Kelurahan Kauman Kota Malang yang jaraknya dekat dengan Alun-alun Merdeka jika malam, lebih memilih ke Kayutangan.
Ibu dua anak ini sebenarnya lebih nyaman di Alun-alun karena banyak taman dan ada play ground untuk tempat anaknya bermain.
“Ya sebenarnya enak-an di Alun-alun kan gratis. Kalau di Kayutangan itu pasti nanti ya ke kafe-kafe kan mahal. Mending di Alun-alun. Tapi ya gelap sih kalau abis magrib gitu,” kata dia.
Dia pun berharap Alun-alun di Kota Malang tersebut ada perbaikan terutama dari segi penerangan.
Harapan Putri pun bakal terealisasi. Sebab DLH Kota Malang punya rencana untuk memasang lampu di sejumlah titik di Alun-alun Merdeka.
Kepala DLH Noer Rahman mengatakan, pihaknya menyiapkan Rp 900 juta untuk pengadaan lampu-lampu di Alun-alun tersebut.
“Nilai paginya Rp 900 juta, masih kami kirimkan ke BLP lalu proses tendernya. Konsepnya menambah penerangan di Alun-alun Merdeka,” jelasnya.
Penerangan ini, lanjur Rahman, konsepnya bukan hanya sekadar memperindah. Tapi juga memberi rasa aman ke pengunjung taman saat malam tiba.
Alhasil potensi tindak kriminal dan asusila akan diminimalisir.
“Kondisi saat ini kalau malam gelap sekali sehingga upaya yang dilakukan ini termasuk mencegah potensi kriminalisasi walaupun sejauh ini kami tidak menerima laporan,” jelasnya.
Lampu yang akan dipasang nanti memiliki konsep berbeda dengan lampu di Kawasan Kayutangan Heritage.
“Konsepnya tidak sama dengan Heritage jadi seperti PJU namun dengan konsep perencanaan yang sudah dibuat untuk menerangi Alun-alun Merdeka,” tuturnya.
Ada 70 lampu yang disiapkan. Fokus pemasangan lampu itu akan berada di sisi timur Alun-alun berbentuk persegi itu.
“Kami mengedepnkan kawasan yang daerah timur karena lumayan gelap,” tuturnya. (bob)