KABUPATEN MALANG – Hama Kupu-Kupu jadi momok yang belum ditemukan obatnya bagi petani di Kabupaten Malang. Hama tersebut merusak dedaunan sayuran kubis dan sawi. Alhasil, saat memanem terlihat lubang-lubang di daun sayuran kubis dan sawi itu, dan membuat tidak sempurna.
Serangga yang menjadi hama itu tentunya adalah kupu-kupu seperti namanya.
“Jadi mereka (kupu-kupu) memakan daun-daun untuk berkembang. Dari ulat kepompong dan jadi kupu-kupu. Makanannya ya mengkrokoti (memakan) daun kubis dan sayur. Sampai sekarang belum ditemukan pestisidanya untuk membasmi hama tersebut,” kata pengelola kubis manis asal Desa Wonorejo Kecamatan Poncokusumo, Andrea Subhan ke Blok-A.
Bahkan, kata Andre, hama kupu-kupu ini tidak hanya menyerang tanaman sawi dan kubis di Kabupaten Malang saja. “Tapi di seluruh Indonesia. Kadang yang menjadi momok itu ya hama kupu-kupu itu kawan-kawan (petani),” imbuh pengelola yang sudah mengekspor hasil panennya di kancah Internasional itu.
Dampak dari hama itu sendiri membuat sayur lokal Indonesia sulit bersaing di dunia internasional alias diekspor ke luar negeri. “Kadang kalau petani memaksa pakai pestisida dengan dosis tinggi. Berhasil memang. Hamanya mati. Tapi ketika pemeriksaan kadar pestisida di luar negeri gagal masuk karena kadar pestisidanya yang tinggi,” imbuhnya.
Untuk itu, Andre saat ini tengah berkonsultasi dengan suatu labrotarium pertanian di Taiwan. “Saya meminta rekomendasi untuk pestisida hama kupu-kupu ini. Sekarang masih dalam tahap penilitian di Taiwan sana,” bebernya.
Sementara saat disinggung apakah hama tersebut juga menyerang tanaman sayurannya, Andre mengiyakan. Namun, saat proses pembungkusan ke Taiwan, ia menyortir kubis manis, komoditas sayurnya.
“Kalau yang ada berlubang tidak kami kirim tapi kalau yang tidak ada kerusakan itu kami bungkus. Untuk (kubis manis) yang tidak dikirim ke Taiwan itu kurang tahu berapanya. Kira-kira ratusan kilogram per hari,” tutupnya.
Discussion about this post