Blitar, blok-a.com – Sulit mendapatkan akses informasi dari Bupati Blitar, puluhan pekerja media Blitar Raya yang tergabung dalam AJI, PWI dan IJTI melakukan unjuk rasa di depan pendopo Ronggo Hadi Negoro, Jalan Semeru, Kota Blitar, Jumat (26/8/2023) pagi.
Aksi ini merupakan aksi keprihatinan yang selama ini dialami oleh para pekerja media dalam mengakses informasi dan meminta konfirmasi kepada Bupati Blitar, Rini Syarifah.
Koordinator aksi Asip Agus Hasani mengatakan, bahwa selama ini para wartawan merasa dibatasi bahkan dihalang-halangi oleh pihak protokoler Bupati Blitar.
Menurutnya Bupati tidak perlu takut menghadapi wartawan, karna wartawan bekerja secara profesional.
“Wartawan bekerja sesuai dengan UU Pers 40 tahun 1999, kita juga ada kode etik jurnalistik, wartawan dalam bekerja juga mendapatkan bekal pelatihan-pelatihan dan melalui proses screening perusahaan. Jadi tidak perlu takut ada pemberitaan sepihak dan dituduh,” ujarnya dalam orasi.
Hal serupa juga diungkapkan April. Bahwa selama ini Protokoler sering melarang dan membatasi wartawan saat melakukan wawancara dengan Bupati, Rini Syarifah.
“Protokoler sering memotong wartawan saat wawancara mengajukan pertanyaan kepada bupati. Itu diluar kontek mbak,” ungkap April dalam orasi.
Sementara itu, menanggapi aksi awak media, kepala dinas Kominfo dan Informatika (Diskominfotik) Kabupaten Blitar, Herman Widodo mengatakan bahwa pihak Pemerintah Kabupaten Blitar dalam hal ini tidak ada niat untuk menghalang-halangi kinerja wartawan.
“Undang-Undang No. 40 tahun 1999, menjamin kebebasan Pers dalam menjalankan tugas. Dan kami tidak ada sedikitpun niat untuk menghalang-halangi kinerja Pers. Nanti kita akan sampaikan kepada pimpinan, saya kira Bupati juga tidak ada niat menghalangi kerja pers. Berharap kedepan kerjasama Pemerintah Kabupaten Blitar dan Pers semakin bagus,” kata Herman.
Selain orasi dalam aksi tersebut juga membentangkan poster diantaranya, “Bupati Elit, Wawancara Sulit”, ” Bupati Jangan Takut diwawancarai Wartawan”, Menjawab Wawancara itu mudah yang berat itu rindu”.
Tak hanya itu para pekerja media juga menggantung kartu pers sebagai ungkapan keprihatinan atas tindakan Bupati Blitar selama ini. (bam/jar/lio)