Harga Kopi di Kota Malang Naik Hingga Rp 30 Ribu-an per Kilogram dari Harga Biasa

Harga Kopi di Kota Malang Naik Hingga Rp 30 Ribu-an per Kilogram dari Harga Biasa
Harga Kopi di Kota Malang Naik Hingga Rp 30 Ribu-an per Kilogram dari Harga Biasa

Kota Malang, Blok-a.com – Banyaknya bercokolan warung kopi di Kota Malang memang menjadi daya tarik tersendiri. Namun, imbasnya, harga kopi di Kota Malang meroket. Hal ini jelas dikeluhkan oleh banyak pengusaha kopi.

Salah satunya pendiri roasting dan penyedia biji kopi, Senja Baru, Wakhid Dimas. Pihaknya jelas mengharapkan Pemerintah Kota Malang (Pemkot) bisa mengendalikan harga kopi.

Dimas, sapaannya, menyebut bahwa harga biji kopi robusta mentah dibanderol hingga Rp 50 ribuan per kilogram. Itu pun tanpa melalui proses sortir. Untuk harga biji kopi robusta pemrosesan sendiri mencapai Rp. 65 ribu per kilonya.

“Ada 65 ribu yang prosesan (robusta), itu yang petik merah, disortir dengan baik. Harga segitu (Rp. 50 ribu) asalan. Mahal sekarang,” keluhnya (13/9).

Untuk arabika sendiri tak kalah mencekik. Bisa sampai Rp. 100 ribu hingga 130 ribu per kilonya. Dia menyebut memang harga kopi tersebut yang paling mahal.

“Harga kopi naik-naik terus memang ini yang tertinggi sepanjang masa,” bebernya.

Dia harus memberikan edukasi kepada para pelanggannya akibat harga kopi naik itu. Para pelanggannya datang dari hotel, restoran, dan kafe. Kenaikan harga tersebut dirasakan secara drastis pasca pandemi berlalu. Sebelum pandemi hingga datangnya pandemi, harga kopi robusta masih Rp. 20 ribu per kilonya. Sementara arabika masih Rp. 75 hingga Rp. 80 ribu per kilonya.

“Setelah pandemi semua naik, semua naik,” paparnya.

Dia menyebut, selama ini hanya mengambil kopi di wilayah Kota Malang saja langsung dari petani. Untuk pengerjaan roastingan kopi sendiri dia menyediakan sesuai permintaan. Dimas juga tidak merekrut banyak pegawai agar bisa memutar margin keuntungan yang tipis akibat kenaikan harga.

Dia menyebut, target tiap bulannya adalah bisa memproduksi 3 ton kopi tiap minggunya. Namun kini hanya berpatok 1,5 ton saja. Hal itu jelas hanya separuh dari target perputaran modal yang diharapkannya.

“Apa ya, kami berharap harga turun. Daya beli masyarakat ini nggak naik,” bebernya.

Di lain pihak, hal itu juga dirasakan oleh pemilik Kedai Kopi Lek Wid, Pasar Tawangmangu, Rudi. Lelaki asli Surabaya ini kewalahan dengan harga kopi yang meningkat drastis.

“Harga arabika yang kerasa, naiknya sampai seperempat kilonya arabika itu 70 ribu,” papar lelaki berjenggot ini.

Namun, dia tidak bisa berbuat banyak. Menaikkan harga pun beresiko. Pasalnya, target pasar kedai kopinya adalah mahasiswa. Tidak mungkin dia menaikkan harga kalau tidak ingin pelanggan lari.

“Ya, sementara kami bertahan dengan keuntungan yang tipis,” paparnya. (mg2/bob)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?