Blok-a.com – Baru-baru ini publik dihebohkan dengan kasus seorang ibu dan anak kandung di Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar) yang terlibat dalam hubungan inses.
Inses merupakan hubungan seksual antara dua lawan jenis yakni pria dan wanita yang memiliki hubungan sedarah atau keluarga sangat dekat.
Kabarnya hubungan badan yang tidak seharusnya antara seorang ibu dengan anak telah dilakukan keduanya selama kurang lebih 11 tahun.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Wali Kota Bukittinggi Erman Safar saat pertemuan Sosialisasi Pencegahan Pernikahan Anak pada Rabu (22/6/2023) lalu.
Erman menuturkan, saat pertama melakukan hubungan sedarah itu, sang anak baru duduk di bangku SMA. Kini sang anak sudah berusia 28 tahun dan berada di karantina, sementara ibunya saat ini berusia 51 tahun.
“Anak tersebut, yang kini berusia 28 tahun, telah berhubungan badan dengan ibunya, yang kini sudah berusia 51 tahun, selama kurang lebih 11 tahun. Ini bukan cerita fiktif atau plot sinetron, ini nyata dan terjadi di tengah-tengah kita,” ujar Erman dikutip dari TribunPadang.com.
Lantas apa bahaya dari inses atau hubungan intim sedarah?
Secara umum, inses adalah hubungan intim antar dua orang yang sedarah alias masih dalam satu garis keluarga.
Tidak hanya bertentangan dengan norma dan agama, keturunan dari hubungan sedarah juga akan sangat berisiko mengalami masalah kesehatan dan menderita penyakit genetik langka.
Dilansir dari Hallosehat, anak hasil hubungan sedarah akan memiliki keragaman genetik yang sangat minim dari DNA-nya. Kurangnya variasi dari DNA dapat meningkatkan peluang terjadinya penyakit genetik langka.
Hal ini juga bisa membuat sistem kekebalan tubuh anak melemah. Pada pembentukan sistem kekebalan tubuh, ada komponen penting dalam DNA yang disebut Major Histocompatibility Complex (MHC). MHC terdiri dari sekelompok gen yang bertugas sebagai penangkal penyakit.
Agar MHC bisa bekerja dengan baik, keanekaragaman alel (varian gen) harus sebanyak mungkin. Semakin banyak alel dalam tubuh, akan semakin baik kerja tubuh untuk memerangi penyakit.
Lagi-lagi, anak akibat pernikahan sedarah memiliki rantai DNA yang tidak variatif. Alhasil, jumlah dan keberagaman alelnya sedikit.
Alel MHC yang terbatas akan membuat tubuh kesulitan dalam mendeteksi zat-zat asing. Dampaknya, individu yang memiliki kondisi ini akan lebih cepat jatuh sakit karena imun tubuhnya tidak dapat bekerja dengan optimal.
Dampak lain dari pernikahan sedarah yakni peningkatan infertilitas (masalah kesuburan), baik pada orang tua maupun keturunannya. Ada pula risiko cacat lahir dalam bentuk:
- Asimetri wajah
- Bibir sumbing
- Tubuh kerdil
- Gangguan Jantung
- Peningkatan risiko terhadap beberapa tipe kanker
- Kematian neonatal
Sebuah studi juga pernah menemukan bahwa 40% anak hasil hubungan sedarah antara dua individu tingkat pertama (keluarga inti) lahir dengan kekurangan intelektual yang parah.
(hen