Devi Athok: Hidup Saya Habis, Saya Hanya Butuh Keadilan!

Devi Athok Yulfitri, yang kehilangan dua putrinya saat Tragedi Kanjuruhan dihadirkan sebagai saksi Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Selasa (24/1/2023).
Devi Athok Yulfitri, yang kehilangan dua putrinya saat Tragedi Kanjuruhan dihadirkan sebagai saksi Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Selasa (24/1/2023).

Dia meluncur ke sana dengan maksud ingin menjemputnya. Namun apa daya anaknya sudah tak bernyawa lagi.

“Saya sudah tak punya semangat lagi Pak. Habis sudah hidup saya Pak,” ujarnya.

Di depan kedua terdakwa sipil, yakni ketua panitia Abdul Haris dan Suko Sutrisno, sekuriti officer, ketua majelis hakim Abu Achmad Sidqi Amsya, dan dua anggotanya, Mangapul, dan I Ketut Kimiarsa, memeriksa para saksi ini.

Devi Athok mengaku tidak lagi memiliki tempat tinggal sendiri dan tidak bekerja. Dia terakhir tinggal bersama ortunya di Bululawang.

Kala itu, dua anaknya, Natasya dan Nayla, nonton bersama mantan istrinya dan ayah tirinya.

“Update posisi terakhir nya di gate 13 tribun atas kata teman saya,” ujarnya.

Belum lagi tiba di Stadion, anaknya sudah dikabarkan tergeletak dan meninggal dunia.

Saat di sana, dia diberitahu bahwa anaknya sudah dibawa ke ruang VIP. Minta bantuan polisi sudah tak dihiraukan.

Evakuasi pun ia tangani sendiri bersama teman-temannya. Dia sendiri yang memasukkan jenazah anaknya ke truk.

Sepanjang jalan, dia mengaku banyak melihat korban diangkut dengan dibonceng seperti kambing. Tak tega menyaksikan pemandangan ngeri itu.

“Anak saya bajunya bau amoniak. Mantan istri gosong. Muka membiru dan mengeluarkan busa semuahya,” ujarnya.

“Habis Pak Anak saya,” imbuhnya.

Dia memprediksi anaknya hendak keluar melalui pintu tikus. Titik terjadinya tragedi yang menewaskan ratusan orang itu. Kini pintu tikus itu telah dibongkar.

Saat ditanya majelis hakim apakah ada perhatian setelah itu, Devi Athok mengaku pengaduannya selama ini ke Polsek Bululawang hingga ke Polres Kepanjen Malang tidak pernah dihiraukan.

“Saya sampai lima hari tak makan karena ingin melaporkan dan meminta pelaku pembunuh anak saya ditangkap. Saya merasa dunia sudah hancur. Tidak ada semangat lagi Pak,” ujarnya.

Devi Athok mengaku menerima santunan dari Presiden Joko Widodo saat dijenguk di RSSA Malang.

Saat ditanya Jokowi kala itu, dia hanya mengaku minta keadilan. Pelaku pembunuh anaknya dihukum seadil-adilnya.

“Saya tidak menghiraukan sampai sekarang ini belum tahu isi amplop dari siapa-siapa. Termasuk dari Jokowi. Saya tidak butuh donasi tapi butuh keadilan, hukum pelaku pembunuh anak saya, Pak !” ujarnya.(kim/lio)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?