Blok-a.com – Beberapa kota di Prancis belakangan ini mengalami kerusuhan akibat penembakan yang dilakukan polisi terhadap seorang remaja keturunan Aljazair.
Kerusuhan tersebut diciptakan oleh sebagian warga Prancis yang tak terima dengan tindakan petugas polisi, lantaran telah menembak seorang remaja bernama Nahel, pada Selasa (27/6/2023) lalu.
Mereka pun menggelar aksi protes besar-besaran di beberapa wilayah, mulai dari Nanterre, Lyon, Lille, Toulouse, dan Viry-Chatillon.
Dirangkum Blok-a.com, berikut deretan fakta terkait kerusuhan yang terjadi di Prancis:
1. Awal Mula Penembakan
Kerusuhan ini berawal dari Nahel yang sedang mengendarai mobil pada Selasa (27/6/2023) pagi waktu setempat. Remaja dipaksa polisi untuk menghentikan mobilnya karena telah melanggar lalu lintas.
Namun mobil Mercedes AMG yang dikendarai Nahel tak mau berhenti, sehingga membuat dua petugas polisi pun mengejarnya di tengah kemacetan lalu lintas.
Saat mobil berusaha kabur, seorang petugas melepaskan tembakan dari jarak dekat melalui jendela pengemudi. Nahel meninggal karena satu tembakan di lengan kiri dan dadanya.
Awalnya polisi melaporkan bahwa seorang petugas telah menembak Nahel, karena mengendarai mobil ke arah petugas polisi tersebut. Namun kronologi ini ternyata “palsu” setelah video saat kejadian beredar di media sosial.
2. Masyarakat Lakukan Demo
Penembakan remaja 17 tahun itu pun membuat masyarakat marah hingga melakukan aksi protes besar-besaran. Warga Prancis tak terima dengan tindakan sewenang-wenang kepolisian itu.
Massa pun berunjuk rasa di jalan-jalan di beberapa bagian wilayah, termasuk Nanterre, Lyon, Lille, Toulouse, dan Viry-Chatillon.
Mereka membakar kendaraan, tempat sampah, dan fasilitas-fasilitas umum lain di beberapa daerah. Kerusuhan tersebut melukai puluhan petugas polisi dan merusak hampir 100 bangunan publik.
3. 667 Demonstran Ditangkap
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin mengatakan terdapat sekitar 667 demonstran yang ditangkap buntut dari berbagai aksi protes yang disertai kekerasan oleh para pendemo. Mereka yang ditangkap kedapatan membakar mobil serta melempar kembang api ke arah polisi.
“Tadi malam, polisi, gendarmes (polisi yang berada di bawah naungan Kementerian Pertahanan Prancis–red), dan petugas pemadam kebakaran kami dengan berani menghadapi kekerasan yang jarang terjadi. Mengikuti instruksi saya untuk mengambil tindakan tegas. Ada 667 penangkapan yang dilakukan,” tulis Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, di Twitter, Jumat (30/6/2023).
4. 40 Ribu Aparat Dikerahkan
Karena kondisi semakin memanas, Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan, jumlah petugas yang berjaga di jalanan akan ditingkatkan lebih dari empat kali lipat, dari 9.000 menjadi 40.000.
Di wilayah Paris saja, jumlah petugas yang dikerahkan lebih dari dua kali lipat menjadi 5000. Hingga kini, Pemerintah Prancis belum mengumumkan keadaan darurat.
Untuk menghindari kerusuhan, pemerintah Prancis pun menerapkan kebijakan jam malam untuk beberapa wilayah di pinggiran Paris.
Selain jam malam, otoritas Paris juga mengatakan layanan bus dan trem di dalam dan sekitar ibu kota akan dihentikan setiap malam mulai pukul 21.00 waktu setempat mulai Kamis untuk memastikan perlindungan staf dan penumpang.
5. Tanggapan Presiden Prancis
Presiden Prancis Emmanuel Macron, mengadakan pertemuan darurat dengan beberapa anggota kabinetnya untuk membahas situasi ini.
Macron mengatakan bahwa penembakan itu tidak dapat dimaafkan. Dia juga mengumumkan akan mengunjungi keluarga Nahel.
“Kami memiliki seorang remaja yang terbunuh, itu tidak dapat dijelaskan dan tidak dapat dimaafkan. Tidak ada yang bisa membenarkan kematian seorang pemuda,” ucap Marco.
Pemerintah Prancis sendiri telah mengimbau masyarakat tetap tenang dan berjanji akan memulihkan ketertiban, namun aksi protes belum berhenti.
6. Polisi yang Lakukan Penembakan Ditangkap
Petugas polisi yang menembak Nahel pada hari Selasa (27/6/2023), telah diberi dakwaan awal sebagai pembunuhan. Penetapan itu terjadi usai jaksa Pascal Prache mengatakan bahwa syarat penggunaan senjata secara legal tidak terpenuhi.
Pengacara polisi tersebut, Laurent-Franck Lienard mengatakan kliennya telah meminta agar keluarga korban memaafkan tindakannya.
Menurutnya, kliennya awalnya menargetkan menembak kaki pemuda tersebut tapi terbentuk yang kemudian menyebabkan dia menembak dada pemuda itu.
“Dia harus dihentikan, tapi yang jelas dia tidak ingin membunuh pengemudi tersebut,” ujar Laurent-Franck Lienard, pengacara polisi pelaku penembakan.
(hen)