3 Faktor Penyebab Cuaca Lebih Panas di Indonesia Menurut Peneliti BRIN

Ilustrasi cuaca ekstrem | ist

Blok-a.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap sejumlah faktor yang menyebabkan cuaca panas meningkat di beberapa daerah di Indonesia.

Berdasarkan laporan Badan Meterologi Klimatologi Geofisika (BMKG), suhu panas ini disebabkan oleh badai El Nino hingga mempengaruhi keragaman iklim Indonesia.

El Nino sendiri merupakan fenomena pemanasan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik yang memicu penurunan curah hujan global. Menurut BMKG, El Nino dapat bertahan hingga akhir tahun.

Selain BMKG, Peneliti Klimatologi Pusat Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin juga membeberkan sejumlah faktor yang menyebabkan cuaca panas di Indonesia meningkat melalui akun X pribadinya.

1. Terjadi Kondisi Clear Sky

Menurut Erma Yuliastin, salah satu faktor yang menyebabkan cuaca panas meningkat belakangan ini adalah kondisi langit tanpa awan atau clear sky.

“Pada September lebih sering terjadi kondisi clear sky, sehingga radiasi gelombang pendek matahari terserap oleh atmosfer di permukaan lebih maksimal dibandingkan radiasi yg dipantulkan balik oleh awan ke angkasa dalam bentuk gelombang panjang,” ungkap Erma.

“Meskipun awan Cumulus masih bisa terbentuk di siang hari, namun tipis dan segera meluruh. Ini karena dukungan kelembapan sangat minim sehingga pertumbuhan Cumulus sulit berlanjut,” sambungnya.

2. Perubahan Iklim

Faktor selanjutnya yang menjadi penyebab Indonesia mengalami peningkatan cuaca adalah perubahan iklim.

“Perubahan iklim. Ini didukung data suhu selama dekade terakhir yg meningkat pesat di wilayah Indonesia bahkan ada yg mencapai 40C pada bulan Juli, yg dianggap sebagai bulan dg suhu global terpanas,” Jelas Erma.

3. El Nino dan IOD Positif

Terakhir, Erma menjelaskan bahwa panasnya cuaca di Indonesia ini juga disebabkan oleh fenomena iklim El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif.

“El Nino dan IOD positif menyebabkan atmosfer minim awan sehingga lebih kering. Jika dibandingkan bulan Juli dan Agustus, saat itu masih sering terbentuk awan karena IOD positif belum eksis dan El Nino baru awal terbentuk,” beber Erma.

“Kini, seiring penguatan El Nino dan IOD, maka kondisi minim awan dapat terus berlanjut pada bulan-bulan berikutnya. Apalagi, ini diperparah dg pendinginan suhu permukaan laut di wilayah Indonesia yg semakin meluas,” pungkasnya.

(hen)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?