Surabaya, blok-a.com – Hasil survei status gizi Indonesia (SSGI) 2022 menunjukkan bahwa angka stunting Jawa Timur turun menjadi 19,2% dari sebelumnya 23,5% di 2021.
Ironisnya, ada beberapa wilayah di Jawa Timur masih memiliki angka stunting yang tinggi, terutama Kabupaten Jember menduduki peringkat teratas sebesar 34,9%.
Peringkat kedua adalah Bondowoso dengan 32%, dan kemudian Situbondo 30,9%.
Dokter Hasto Wardoyo, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional RI, (BKKBN), untuk menyikapi angka stunting tertinggi di Jember itu, akan menemui Bupati Jember dan melakukan audiensi terkait alat ukur yang ada di Jember agar sesuai standard.
“Kami akan melihat lagi alat ukurnya biar sama antara yang digunakan oleh Kemenkes dan yang dipakai di Jember. Sehingga nantinya hasil pengukuran dan datanya bisa digunakan untuk dasar pemberian makanan tambahan juga,” jelasnya.
Usai audiensi Hasto meninjau layanan KB di RSD dr Soebandi Jember. Sebanyak 15 orang menjadi akseptor IUD dan 76 orang akseptor Implant.
Hasto program tersebut di RSD dr Soebandi tersebut wujud langkah dukungan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI dan AKB).
Alat KB merupakan upaya dalam mencegah stunting. Jika jarak kelahiran minimal 3 tahun, maka juga bisa mencegah bayi terlahir stunting.
Di tempat yang sama seorang akseptor KB, Susmiati, 42, warga Jember menjadi akseptor IUD.
Menurut pengalamannya selama menggunakan IUD. Tidak pernah ada efek samping.
“Apalagi saya bisa tetap langsing,” tutur Susmiati.
BKKBN adalah lembaga yang mendapat tugas mengendalikan jumlah penduduk melalui program kependudukan dan keluarga berencana, dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia melalui pembangunanan keluarga berdasar Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga.
BKKBN ditunjuk sebagai Ketua koordinator percepatan penurunan stunting berdasarkan PP nomor 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting.(kim/lio)
Discussion about this post