Politik Oportunis Tergambar dari Pemecatan Budiman Sudjatmiko

Budiman Sudjatmiko (Wikipedia)
Budiman Sudjatmiko (Wikipedia)

Blok-a.com – Pada Jumat (25/8/2023), akhirnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) resmi memecat Budiman Sudjatmiko. Pengamat politik Universitas Widya Gama Malang M. Ramadhana Alfaris, menanggapi hal tersebut.

“Di dunia politik itu wajar,” papar dosen konsentrasi Hukum Kenegaraan itu.

Hal itu merupakan imbas dari sikap Budiman Sudjatmiko yang mendukung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden di Pilpres 2024.

Diketahui, Budiman bergabung bersama partai PDIP sejak tahun 2004. Pria kelahiran 1970 merupakan seorang aktivis penentang Orde Baru era 1990-an.

Sikap Budiman yang berpihak kepada Prabowo mampu “menebus dosa” sang capres di masa lalu terkait pelanggaran HAM.

Ramadhana menyebut, hal tersebut sangat wajar di dunia politik. Setiap orang dalam dunia politik sah dan berhak “melompat” ke sisi yang lebih menguntungkan. Hal tersebut terbiaskan dalam gaya politik oportunis.

“Memang kalau saya lihat dewasa ini untuk konteks idealisme sendiri sudah menurun jadi yang lebih kental, yang sering dimunculkan model-model oportunis,” beber Rama.

Menurutnya, tidak hanya kasus Budiman saja, namun banyak politikus lain yang menggunakan gaya politik yang sama. Gaya politik oportunis ini sudah mengantarkan banyak politikus lompat-lompat partai. Salah satunya Budiman yang bahkan sampai harus dihadiahi pemecatan.

Rama menilai, faktanya memang elektabilitas Prabowo cukup tinggi di pilpres tahun ini. Dukungan dan jumlah suara yang diperkirakan “gemuk” itu akhirnya menyedot beberapa oposisi yang berpihak ke Prabowo. Bahkan hal itu juga pengaruh dari sikap presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang cenderung berpihak ke Prabowo.

Tidak hanya PDIP yang oleng akibat sikap dukungan Budiman, namun beberapa partai lain telah duluan menunjukkan sikap. Di antaranya Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang telah mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo. Di lain pihak, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) membatalkan dukungan kepada Ganjar Pranowo.

“Jadi magnetnya kan di situ (Jokowi), maka jelas saja elit-elit partai yang lain juga akhirnya berpindah,” tukas Rama. (mg2/)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?