Surabaya, blok-a.com – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), menganugerahi Khofifah Indar Parawansa, Maritime Awards atas kepeduliannya akan kelautan, perikanan dan konservasi.
Sekaligus, dinilai komitmen kuat dalam membantu pembudi daya ikan, nelayan, UMKM pengola ikan tradisional, dan pembangunan kawasan konservasi pesisir maupun laut.
Penghargaan tersebut diserahkan Ketua PWI Jatim Lutfil Hakim yang mewakili Ketua PWI Pusat kepada Gubernur Khofifah saat penutupan Seminar Nasional Pemanfaatan Ruang Pesisir dan Laut Provinsi Jatim di Hotel Platinum Surabaya, Kamis (16/2) sore.
Mendapat anugerah ini, Gubernur Khofifah menyampaikan terimakasih yang sebesar besarnya.
Menurutnya nelayan dan masyarakat pesisir memiliki peran kuat, mewujudkan pembangunan dan peningkatan kualitas sektor perikanan, dan kelautan.
“Sejatinya laut adalah sumber penghidupan yang harus kita kelola dan jaga untuk kemakmuran bersama. Dan tetap berseiring dengan upaya menjaga daya dukung alam dan lingkungan,” katanya.
Berbagai isu strategis di bidang kelautan dan perikanan mengiringi.
Semisal isu perubahan iklim global, degradasi sumberdaya pesisir, konflik pemanfaatan ruang laut, dan belum optimalnya pemahaman stakeholders terhadap kepastian hukum.
Pemprov Jatim, dalam menyikapi perubahan iklim global dan degradasi sumberdaya pesisir, menetapkan perairan Gili Ketapang seluas 478 Hektare (Ha), rehabilitasi terumbu karang seluas 24,84 Ha, rehabilitasi mangrove seluas 1.821,08 Ha, dan pembangunan 11 tangkis laut (tanggul penahan ombak).
Bahkan Diskanla telah melakukan berbagai upaya seperti Underwater Restocking yakni penebaran benih ikan ke dalam rumah ikan yang ditenggelamkan ke dasar laut tiga bulan sebelumnya. Sehingga benih ikan bisa berkembang biak dan besar dalam rumah ikan yang telah dipenuhi lumut atau tritip dan plankton sebagai sumber makanan benih ikan.
Serta program Beach Clean Up dan kegiatan penebaran benih-benih ikan lokal di berbagai daerah.
“Kami juga terus melakukan legalitas pemanfaatan ruang laut sebanyak 76 dokumen. Pengadaan sarana prasarana berupa kapal sebanyak 16 kapal, rutin melakukan patroli bersama Polairud dan TNI AL. Serta melakukan sosialisasi kepada stakeholders yang memanfaatkan ruang laut,” katanya.
Menurutnya, upaya menjaga daya dukung alam dan lingkungan saat ini menjadi penting. Apalagi saat ini green economy (ekonomi hijau) telah bertransformasi menuju blue economy (ekonomi biru).
Ekonomi hijau merupakan upaya mengelola ekonomi dengan limbah yang ramah lingkungan tetapi ekonomi biru bagaimana mengelola ekonomi dengan nirlimbah (tanpa limbah).
“Blue economy atau ekonomi biru adalah konsep yang harus kita kembangkan saat ini maupun yang akan datang. Konsep blue economy di sektor laut adalah pemanfaatan laut untuk ekonomi masyarakat tapi tidak merusak lingkungan sehingga berkelanjutan atau sustainable,” katanya.(kim/lio)
Discussion about this post