Kota Malang, blok-a.com – Ada kejadian unik di Porwanas XIII lalu. Sejarah ditorehkan. Di salah satu Cabang Olahraga (Cabor) ada dua pemenang.
Cabor itu adalah sepak bola. Dua pemenangnya adalah kontingen Jawa Timur dan DKI Jakarta.
Kenapa bisa terjadi?
Keputusan dua juara itu karena kesdaan force majoer. Force majoer yang dimaksud adalah cuaca buruk saat pertandingan waktu itu berlangsung Jumat (25/11/2022) di lapangan Kampus UM.
Kala itu pukul 13.45 hingga 14.00 lapangan tidak tergenang air dan bola pun masih bisa jalan meski hujan mengguyur.
Namun saat lima menit sebelum pertandjbgan dimulai, pengawas pertandingan memanggil kedua perwakilan. Tujuannya untuk merundingkan cuaca kala itu.
Hasilnya kedua tim sepakat pertandingan itu harus digelar jika bola masih bisa jalan di lapangan dan wasit adil.
Tepat waktu kick off hujan tak kunjung reda. Bahkan cuaca makin parah. Sebab petir mulai muncul dan silij berganti menyambar di atas lapangan. Suara petir pun cukup keras.
Panitia pun memutuskan untuk menunda pertandingan hingga kondisi aman.
Pihak DKI Jakarta setuju, tetapi kubu Jatim tetap ngotot minta digelar karena bola masih bisa jalan. “Bola masih bisa jalan kok ditunda dengan alasan petir.
Apalagi semua gedung yang berada di sekitar lapangan dilengkapi penangkal petir,” kata Suhadi, Asisten Pelatih Sepakbola PWI Jawa Timur dengan nada keras.
Protes keras juga dilancarkan Agustiar “Ucok” Batubara, Pelatih Sepakbola PWI Jatim.
“Dalam sejarah saya main bola selama 20 tahun di Liga Indonesia, baru kali ini ada keputusan main bola ditunda karena alasan petir. Yang saya tahu, ditunda karena lapangan tergenang air dan bola tidak bisa jalan. Ini aneh,” kata pelatih yang semasa jadi pemain pernah membela Persebaya, Deltras Sidoarjo, Persela Lamongan, Pelita Jaya, Petrokimia Putra, Persiba Balikpapan, Barito Putra, dan Timnas Indonesia ini.
Namun, pengawas pertandingan tak menanggapi. Bahkan, tepat pukul 14.30 WIB, panpel memanggil kedua tim dan memutuskan untuk meniadakan pertandingan dan tampil sebagai juara bersama.
Tapi, pihak Jawa Timur menolak dan tidak mau menandatangani berita acara. Sedang kubu DKI Jakarta sepakat dan langsung meninggalkan lapangan. Padahal, pukul 15.00.WIB hujan sudah reda dan tidak ada lagi kilatan petir.
Pihak panpel beralasan kalau pihaknya sudah menghubungi TD, dan pihak TD memutuskan juara bersama.
Anehnya, dalam laporannya kepada TD, panpel menyebut pertandingan tidak bisa dilaksanakan lantaran kondisi lapangan tergenang air sehingga bola tidak bisa jalan, bukan karena petir.
“Kalau itu benar, berarti panpel telah berbohong dan bisa disanksi. Termasuk TD-nya yang tidak hadir di lapangan saat kejadian,” tegas Ucok.
Hingga penyerahan medali emas dilakukan, Ucok tetap tidak terima jika Jawa Timur dan DKI Jakarta diputuskan sebagai juara bersama. “Kalau force majoer kan bisa ditunda besok pagi atau setelah hujan reda. Apalagi waktu masih panjang, kick off jam 15.30 WIB pun gak masalah,” pungkasnya. (bob)