Surabaya, blok-a.com- Kinerja para pengabdi negara atau aparatur sipil negara (ASN), hanya akan baik jika ada keseimbangan profesional dan spiritual. Jika iman dan ketaqwaannya kepada Allah SWT baik, maka kinerja dan hubungan dengan manusia, baik.
Selanjutnya, hal itu disebut kesalehan sosial, yang endingnya seseorang menjadi filantropisme modern di masyarakat maju yang dekat kepada Tuhan, dengan cara giving, loving, dan caring (memberi, mengasihi, dan peduli,red).
Saat ini dibutuhkan kesalehan sosial, yaitu mereka yang menjunjung tinggi act of giving, loving, and caring.
Karena golongan ini menjadi enabler leader dan sosok problem solver, bukan trouble maker.
Demikian diungkapkan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, saat peringatan Isra Mi’raj Muhammad SAW, 1444 Hijriah, Islamic Center, Surabaya, Sabtu (18/2) tadi malam.
Menyitir dari ungkapan para Ulama Ahlussunnah, iman itu bisa bertambah dan berkurang. Kara dia bagaimana cara agar iman tidak menguap, harus disiram dengan kebaikan.
“Kumpul di majelis ilmu seperti ini bisa disebut menyiram iman. Dengan berkumpul, habluminannas dan habluminallah akan terjaga seimbang,” imbuh Khofifah.
Untuk menjadi enabler leader, atau pemimpin yang solutif di segala situasi, harus menghindari sosok trouble maker yang sering membuat masalah.
Di hadapan 2.500 undangan peringatan Isra’ Mi’raj ini, ditegaskan bahwa perintah salat lima waktu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perjalanan Isra dan Mi’raj.
“Peristiwa turunnya perintah salat kita peringati agar salat kita semakin khusyu, berkualitas serta terjaga kuantitasnya atau istikamahnya,” tegasnya.
Sementara itu, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim, M Zainuddin, dalam tausiyahnya menjelaskan peristiwa Isra’ Mi’raj bukan sesuatu yang mustahil. Sebab, pengetahuan manusia tidak akan bisa menjangkau seluruh wilayah alam semesta.
“Ilmuwan-ilmuwan abad 20 itu semakin menyadari kekurangannya, bahwa pengetahuan manusia tentang alam semesta ini hanya 3% saja. Sedangkan 97%-nya masih misteri. Bahkan filsuf Jerman, Immanuel Kant, mengatakan, “Saya harus berhenti untuk melakukan penyelidikan dan harus menyisakan hati saya,”” terang Zainuddin.
Maka dari itu, dia mengingatkan untuk selalu memberi ruang bagi iman dan bukan hanya mengandalkan akal. Karena hakikat iman adalah mempercayai bahwa apa yang dikatakan Allah adalah yang sebenar-benarnya.
“Kita diberi mandat oleh Allah bahwa kebenaran yang harus kita yakini secara haq adalah kebenaran dari Tuhanmu. Jangan diragukan sedikitpun. Nah, oleh sebab itu kita mesti tawadhu’ dan tidak boleh sombong setinggi apapun ilmu atau status sosial kita,” ungkap Zainuddin.
Turut hadir dalam acara tersebut Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Sekretaris Daerah Jawa Timur Adhy Karyono, dan organisasi keagamaan Islam di Jawa Timur.
Antara lain PW Nahdlatul Ulama, PW Muhammadiyah, PW Muslimat NU, PW Fatayat NU, PW ‘Aisyiyah, PW Nasyi’atul ‘Aisyiyah, PW LDII Jawa Timur dan Pimpinan Wanita LDII Jawa Timur. (kim/bob)