Perjuangan Helen Sebelum Tutup Usia: Muntah Darah, Pusing, lalu Operasi Pasca Tragedi Kelam Kanjuruhan

Helen Tragedi Kelam Kanjuruhan Helen RSSA Malang Dampit
Salat jenazah Helen Prisela (20) korban Tragedi Kelam Kanjuruhan, Selasa (11/10/2022) (blok-A/Bob Bimantara Leander)

Kabupaten Malang, blok-A.com – Satu Aremanita meninggal dunia, Selasa (11/10/2022) kemarin.

Namanya adalah Helen Prisela (20) asal Desa Amadanom Kecamatan Dampit Kabupaten Malang.

Helen menambah jumlah korban meninggal dunia atas Tragedi Kelam Kanjuruhan menjadi 132.

Sebelum meninggal Helen mendapat perawatan di Rumah Sakit Cakra.

Cicit dari Pendiri Pengembangan Agama Islam (PPAI) Al-Aziz Dampit KH Abdullah itu saat dirawat mengalami muntah darah dan kerap kali muntah. Helen pun sempat dipulangkan.

“Kemudian dia (Helen) sempat pulang, namun tidak sampai 24 jam langsung dibawa ke RSSA,” ujar Kakek Helen KH. M Said di rumah duka, Selasa (11/10/2022) malam.

Helen saat di RSSA Malang langsung dioperasi. Said menyebut, di bagian perut Helen terdapat pendarahan.

“Setelah di RSSA katanya dokter harus dioperasi karena mengalami pendarahan di bagian perut. Sehingga harus dikeluarkan,” ujarnya.

Setelah operasi itu, kondisi Helen tak kunjung membaik. Perempuan itu langsung tidak sadarkan diri atau koma setelah operasi.

“Hingga saat meninggal dunia,” imbuhnya.

Said menjelaskan, pihak keluarga telah mencari tahu penyebab Helen luka berat setelah melihat Arema FC Vs Persebaya Sabtu (1/10/2022) lalu.

Hasilnya, Helen terluka parah diduga karena terinjak-injak saat Tragedi Kelam Kanjuruhan. Tangan kiri Helen pun retak akibat injakan itu.

Said mewakili keluarga pun ikhlas atas kepergian Helen. Said pun meminta doa masyarakat agar Helen diampuni dosanya dan diterima oleh Allah SWT.

“Menurut informasi yang menolong almarhumah ini terinjak-injak. Tangannya bagian kiri retak. Dalam kejadian ini semua telah berusaha maksimal,” tuturnya.

Said pun kini pasrah atas meninggalnya Helen. Proses hukum yang sedang berlangsung untuk mengusut Tragedi Kelam Kanjuruhan dia pasrahkan ke yang berwenang.

“Kami sudah pasrahkan, karena ada yang berkewajiban menyelesaikan kasus tersebut. Kami ikut saja,” ungkapnya.

Terpisah, Sekretaeis Desa Amadanom Ellis Feridian Vetoska mengatakan, setelah Tragedi Kelam Kanjuruhan, Helen dalam keadaan sadar. Helen hanya mengeluh gerah.

“Ketika hari pertama, almarhumah masih sadar. Dia bilangnya cuma sumuk,” imbuhnya.

Setelah tiga hari pasca tragedi atau pasca operasi di RSSA Malang Helen terus tak sadarkan diri.

Operasi itu pun harus dilakukan karena Helen mengalami kesulitan bernafas.

“Sebelum operasi dia mengalami sesak yanh benar-benar kesulitan bernafas,” kata dia.

Ellis tidak tahu persis dimana Helen berada saat tragedi. Namun dia mengatakan, kemungkinan Helen menonton di tribune yang jadi sasaran banyak gas air mata.

“Dia rombongan sama temannya yang kuliah di Rumah Sakit Tentara (RST) Kota Malang,” ungkapnya.

Ellis pun mengaku kehilangan Helen. Sosok ceria itu kini membuat suasana Desa Amadanom kelabu dan berduka.

“Anaknya ceria dan baik hati banget. Semua di desa ini merasa sangat kehilangan,” tutupnya.

Helen pun telah dirawat 10 hari di ICU RSSA Malang. Dokter menyebut Helen meninggal karena gagal nafas akut.

Berdasarkan keterangan dokter, Helen mengalami pendarahan di organ dan harus dioperasi.

Sebab, ada sekitar 500 cc darah yang keluar dari organ dalam itu.

Namun pasca operasi itu keadaan Helen tidak membaik. Helen tutup usia siang Selasa (11/10/2022) lalu dan menambah korban meninggal Tragedi Kelam Kanjurugan menjadi 132 orang. (bob)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?