Mojokerto, blok-a.com – Jembatan milik Pabrik Gula (PG) Gempolkrep yang dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1874 dan membentang di atas Sungai Brantas, ditutup sementara akibat kerusakan pada tiang penyangga.
Penutupan dilakukan pada Senin (9/12/2024) setelah ditemukan beberapa tiang patah dan retak akibat tumpukan sampah dan eceng gondok yang tersangkut di bawah jembatan.
Jembatan Pageruyung ini merupakan jalur alternatif penting yang menghubungkan Kabupaten Mojokerto dengan Kabupaten Jombang.
Selain itu, jembatan ini juga biasa digunakan untuk truk pengangkut tebu selama musim panen. Namun, setelah musim giling selesai, jembatan hanya diperuntukkan bagi kendaraan roda dua dan mobil kecil.
Manager PG Gempolkrep, Choiron, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menurunkan tim untuk membersihkan tumpukan eceng gondok dan sampah di kolong jembatan.
Dari hasil pembersihan, ditemukan beberapa tiang penyangga yang mengalami keretakan dan patah.
“Kami menerima informasi bahwa ada beberapa tiang yang putus dan retak, sehingga membahayakan. Kami sudah berkoordinasi dengan Polsek Gedeg, dan disarankan untuk sementara jembatan ditutup dan dilakukan pembersihan,” jelas Choiron kepada wartawan, Senin (9/12/2024).
Menurut Choiron, tumpukan sampah ini biasa terjadi saat musim penghujan. Sampah berupa eceng gondok, kayu, dan limbah lainnya merupakan kiriman dari wilayah hulu Sungai Brantas.
“Sebelumnya, sampah-sampah seperti ini sudah pernah kami bersihkan. Namun, karena musim hujan, tumpukan sampah terus datang,” tambahnya.
Penutupan akses jembatan mulai diberlakukan pada 9 Desember 2024 hingga waktu yang belum ditentukan.
Choiron menjelaskan bahwa pihaknya masih akan memantau kondisi jembatan sambil berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menentukan langkah perbaikan lebih lanjut.
“Untuk pembukaan kembali belum bisa dipastikan. Kita harus melihat kondisi terlebih dahulu dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, mengingat jembatan ini juga digunakan oleh masyarakat umum,” pungkas Choiron.(sya/lio)