Penyandang Disabilitas di Kota Malang ini 10 Tahun Lulus SMK, Baru 2023 ini Dapat Kerjaan yang Layak

Winda Kusuma Ningsasi (29) salah satu peserta pelatihan kerja Pemkot Malang (dok. Winda for blok-a)
Winda Kusuma Ningsasi (29) salah satu peserta pelatihan kerja Pemkot Malang (dok. Winda for blok-a)

Kota Malang, blok-a.com – Winda Kusuma Ningsasi (29) ingat betul waktu itu dia hanya punya uang Rp 50 ribu jelang hari raya. Uang itu hasil jual minuman selama bulan ramadan.

Dengan uang Rp 50 ribu dia harus menghidupi ibunya yang sudah tua. Di lebaran sekitar 2018 dengan uang Rp 50 ribu itu harus mengisi kue untuk tamu dan masak-masak khas Idul Fitri. Alhasil, uangnya tak sampai. Jajan saat lebaran itu tiada di rumahnya. Makanan juga dari pemberian orang-orang.

Pahit dan pahit itu adalah pengalamannya di tahun tersebut. Ayah sudah tiada sejak dia SMP. Dia menganggur sejak lulus SMK tahun 2013 dan harus menghidupi dengan uang hasil jualan yang jauh dari layak itu.

“Kalau bayangin dulu itu cukup sedih ya mas. Mau lebaran itu cuma Rp 50 ribu ya saya bingung mau buat beli jajan atau apa saya gak tahu. Akhirnya ya ngempet aja mas waktu itu,” tutur dia ke blok-a.com, Minggu (23/7/2023).

Winda adalah seorang pencari kerja atau pengangguran sejak 2013, sejak dia lulus dibangku SMK swasta di Kota Malang. Dia juga salah satu penyandang disabilitas.

Anak bontot dari 7 bersaudara itu sebenarnya punya keinginan yang kuat untuk bekerja. Namun dia tidak tahu dan beberapa pemberi kerja tidak menerimanya selama ini.

Sejak 2013 dia sudah mencoba-coba untuk melamar pekerjaan di Kota Malang. Namun sayangnya, wanita asal Kelurahan Sawojajar Kota Malang itu tidak diterima.

Surat lamaran itu sudah ia kirim ke sejumlah perusahaan. Namun jawabannya sama saja, Winda belum beruntung.

Dia tidak diterima oleh pemberi kerja atau perusahaan, dugaannya karena dia merupakan penyandang disabilitas. Waktu itu memang penyandang disabilitas sulit mencari pekerjaann.

“Mungkin karena penyandang disabilitas ya mas jadi gak ke terima. Jadi ya gak dipanggil-panggil,” jelasnya.

Dia pun tidak menyerah. Hidup dengan serba terbatas ia lalui sambil merawat ibunya. Kakak-kakaknya sudah ke luar rumah dan menikah. Praktis dia yang harus bertanggung jawab merawat ibunya.

Dengan uang hasil jualan kue kering itu dia harus hidup dengan ibunya. Praktis di umurnya yang kala itu 20-an, dia hanya untuk membeli jajan seperti cilok atau kue-kue kesukaannya tidak bisa.

Jalan-jalan ke tempat wisata seperti teman-temannya pun juga tak pernah ia alami. Alasannya satu, dia harus menjual kue yang penjualannya tak seberapa dan uangnya tidak ada.

“Ngempet banget mas,” kenangnya.

Namun, dengan keterbatasannya itu, Winda secara tidak langsung aktif bersosial untuk membunuh waktu menganggurnya.

Dia mengikuti komunitas-komunitas penyandang disabilitas di Malang. Sebut saja Difabel Creative Community (DC²) dan Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS).

“Saya aktif di sana mas ya untuk menambah teman-teman saja,” jelasnya.

Kegiatan-kegiatan sosial dia lakukan dengan senang hati dengan dua komunitas itu. Dia pun jadi teralihkan waktu-waktu kosongnya menganggur.

“Tapi dengan ikut komunitas itu ternyata link saya mulai banyak dan tak terpikirkan sebelumnya. Saya juga banyak mengasah soft skill saya di dua komunitas itu,” jelasnya.

Winda pun masih tidak punya pekerjaan yang layak waktu itu. Melamar pekerjaan juga dilakukan. Namun hasilnya sama saja. Meskipun punya kenalan komunitas-komunitas itu dia tetap tidak mendapat kesempatan kerja.

Namun semua itu berubah, saat salah satu teman-nya yang berada di komunitas penyandang disabilitas itu memberi tahu tentang program pelatihan kerja oleh Disnaker-PMPTSP Kota Malang 2022 lalu.

Dia coba ikut pelatihan kerja oleh Disnaker-PMPTSP Kota Malang itu tentang digital marketing sebuah skill yang tidak dimilikinya sebelumnya.

“Saya pun akhirnya ikut dan gratis kok mas dan gak berpikir sehabis dari sini dapat kerjaan,” jelasnya.

Dia ikut pelatihan kerja yang digelar oleh Pemkot Malang tersebut selama 7 hari. Enam hari dia diajari bagaimana mengembangkan sebuah bisnis melalui cara digital dengan membuat Google Bisnis hingga ilmu SEO (Search Engine Optimization) dia pelajari di pelatihan oleh Disnaker Kota Malang itu.

“Sisa sehari itu buat ujian dan saya lulus dapat sertifikat,” jelasnya.

Dia setelah pelatihan itu lalu mencoba mencari pekerjaan. Dia mencoba memperbaiki CV letter-nya. Dia tulis semua pengalamannya dan apa yang bisa dia lakukan seperti Digital Marketing.

Akhirnya penantiannya selama 10 tahun terbayar. Pada April 2023 lalu, Winda mendapat pemberitahuan bahwa dia diterima di sebuah perusahaan finance sebagai admin.

“Bahagia banget mas akhirnya pengalaman dan usaha saya ada hasilnya,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Disnaker PMPTSP Kota Malang Arif Tri Sastyawan menjelaskan, program pelatihan dari Disnaker-PMPTSP Kota Malang adalah gratis.

umk kota malang
Kepala Disnaker PTSP, Arif Tri Setyawan saat ditemui pada acara Evaluasi dan Monev BPJS Ketenagakerjaan (Blok-a.com/ Putu Ayu Pratama S)

Tujuannya memang untuk menekan angka pengangguran di Kota Malang. Pelatihan yang diberikan itu pun menyesuaikan dengan kebutuhan masa kini, yakni digital dan tentang usaha.

Ada pelatihan, seperti programmer hingga barista atau digital marketing seperti yang Winda ikuti pada tahun 2022 lalu.

“Jadi tujuannya langsung sesuai target mas. 7 hari mereka langsung siap kerja,” jelasnya.

Dari data yang diperoleh BPS 2022, pengangguran di Kota Malang sebanyak 34.678. Dari puluhan ribu pengangguran itu, paling banyak adalah lulusan SMK seperti Winda dan juga perguruan tinggi.

Menurut Arif pengangguran dari lulusan pendidikan itu karena mereka belum punyak skill yang bisa digunakan untuk bekerja. Maka dari itu pelatihan gratis ini adalah solusi salah satunya.

“Mereka pendidikan okelah. Tapi karena tidak ada skill makannya menganggur. Jadi kami beri skill dan kami siapkan untuk langsung kerja,” tutupnya. (bob)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?