Kabupaten Malang, Blok-a.com – Dua negara Cina yakni Hong Kong dan Taiwan masih jadi negara favorit jujukan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Malang.
Di mana dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malang selama 2022, PMI yang merupakan warga Kabupaten Malang mencapai 2.671 orang. Jumlah tersebut meningkat pesat dibandingkan tahun sebelumnya, tahun 2021 hanya mencapai 1.353 pekerja.
Sementara itu, data dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Malang mencatat sebanyak 1.538 PMI Kabupaten Malang dengan tujuan Hongkong pada tahun 2022.
Sedangkan 1.182 PMI ke Taiwan, disusul Singapura 115 orang, Malaisya 112 orang, Saudi Arabia 32 orang, Polandia 22 orang dan Brunai Darussalam 11 orang.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnker) Kabupaten Malang, Yoyok Wardoyo mengatakan, pekerjaan yang ditekuni PMI asal Kabupaten Malang yakni sebagai tenaga asisten rumah tangga (ART).
“Kebanyakan pekerja informal, tertinggi Hongkong dan Taiwan. Karena alasannya memang gaji tinggi, serta untuk pemahaman bahasa dalam tiga bulan sampai enam bulan lebih mudah beradaptas,” ungkap Yoyok saat dikonfirmasi Blok-a.com belum lama ini.
Dikatakan Yoyok, gaji yang diterima PMI di Negara Hong Kong maupun Taiwan relatif tinggi yakni mencapai Rp 10 juta setiap bulannya.
Tak hanya soal gaji yang diterima, faktor lainnya yakni adanya jaminan keselamatan dan asuransi juga menjadi alasan tersendiri.
Tak ketinggalan, pekerja di Hong Kong dan Taiwan berhak mendapatkan hari libur setiap tanunnya. Sementara di negara lain, PMI belum tentu mendapatkan jatah libur maupun cuti tahunan.
“Ada fasilitas-fasilitas yang membuat teman-teman PMI Kabupaten Malang itu senang bekerja di Hong Kong. Mungkin karena teman-teman mereka bantak yang sudah dahulu dan merasa nyaman bekerja di sana sehingga menarik teman lainnya,” bebernya.
Sebaliknya juga sama, dalam memperlakuan pekerja, kedua negara tersebut dirasa bisa memperlakukan dengan baik. Dalam hal pekerja migran, negara Filipina menjadi pesaing utama PMI asal Kabupaten Malang.
“Bekerja dengan PMI kita, mereka merasa humanis, ada ikatan batin yang kuat. Selain itu regulasi juga semakin diperjelas. Sehingga mereka bisa lebih tenang, dan hari libur mereka bisa kembali pulang, ada kesempatan,” pungkasnya.
(ptu/bob)