Kisah Nia, Miliki Warung Kelontong di Kabupaten Malang dengan Omzet Puluhan Juta Rupiah

Nia pemilik warung kelontong di Kecamatan Pakisaji Kabupten Malang (blok-a/bob)
Nia pemilik warung kelontong di Kecamatan Pakisaji Kabupten Malang (blok-a/bob)

Kabupaten Malang, blok-a.comPemilik warung kelontong di desa-desa termasuk di Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang kini mulai merambah produk digital. Omzetnya bertambah hingga Rp 30 juta per bulan.

Hal itu dialami Khusnia Fatmawati (36) pemilik warung kelontong di Desa Karangduren Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.

Nia mulai merambah produk digital di warungnya sejak 2019 lalu. Dia mulai menjual produk digital karena ikut program Mitra Bukalapak.

“Saya mulai tertarik itu pada tahun 2019 lalu. Ada yang nawarin ikut Mitra Bukalapak,” ujarnya ditemui di Kota Malang, Jumat (10/3/2023).

Nia menceritakan, dia tertarik karena di program tersebut dia tidak ditinggal sendirian. Dia diajari untuk menjual dagangan virtual oleh pihak Bukalapak.

Sekadar diketahui, dagangan digital berupa menjual token listrik, air, pulsa, membayar BPJS hingga jasa transfer uang.

“Kami diedukasi juga jadi alhamdulillah saya juga belajar,” kata dia.

Dia menjual dagangan virtual itu juga melihat peluang. Di desanya tersebut banyak pabrik atau pekerja pabrik dan masih sedikit fasilitas untuk transaksi virtual.

Lantas, dia pun mengambil kesempatan itu. Dia ingin menjembatani antara kebutuhan warga di desanya. Pen

“Kan banyak yang ingin transfer uang karena pekerja dari luar kota tapi jarang ATM. Jadi saya juga memudahkan mereka,” tuturnya.

Satu-satunya warung yang menyediakan produk digital di desa Karangduren hanya warungnya yang sudah berdiri sejak 1998.

Dampaknya, omzetnya pun bertambah. Nia menceritakan sebelum bergabung dalam Mitra Bukalapak itu dia memiliki omzet Rp 20 juta.

“Dan setelah itu karena jual produk digital jadi Rp 50 juta,” tuturnya.

Nia menjelaskan penjualannya kini juga tidak hanya menjual produk konvensional seperti bahan pokok, tapi produk digital juga jadi favorit pembeli.

“Kayak yang banyak sekarang ya transfer uang itu Rp 1 juta itu kami charge Rp 10 ribu. Banyak yang memakai soalnya kan gak semua bisa pakai aplikasi,” tuturnya.

Dia pun juga mendapat kemudahan lainnya dengan bergabung Mitra Bukalapak. Salah satunya kalau dia menyetok barang dagangan, kini tidak usah ke Kota Malang.

“Gak perlu ke Pasar Besar sekarang. Sekarang cukup lewat Bukalapak terus dikirim,” ujarnya.

Alhasil, selain mendapat pendapatan yang bertambah, Nia juga bisa menghemat waktu.

“Ya karena pesannya itu bisa virtual. Sekarang saya ya bisa menghemat waktu dan dagangan lancar,” kata dia.

Naiknya omzet dari Nia sendiri juga tak dapat dipisahkan dari strategi branding yang didapatkannya selama menjadi Mitra Bukalapak.

Branding itu berupa pemasangan spanduk di warung kelontong di Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang itu.

“Spanduknya itu bertuliskan saya ini juga menyediakan produk digital seperti jasa-jasa transfer uang atau sembako juga ada,” tuturnya.

VP Mitra Operations & Commerce Mitra Bukalapak, Becquini Akbar, mengklaim pihaknya memimpin pasar online-to offline (O2O) di Indonesia. Mitra Bukalapak menaruh perhatian peningkatan kapasitas sumber daya manusia pedagang warung agar mereka bisa sejahtera atau naik kelas.

“Mitra Bukalapak ini platform terpisah dari Bukalapak. Kami adalah anak perusahaanya. Aplikasinya bisa diunduh di Play Store,” ujarnya.

Dalam sebuah acara Spesial Kumpul Juwara (SKJ) di Kota Malang, Mitra Bukalapak mengajak para pemilik warung di Malang Raya. Mereka diberi edukasi dalam hal pengelolaan bisnis, produk, maupun finansial dengan bantuan teknologi.

Nia pemilik warung kelontong di Kecamatan Pakisaji Kabupten Malang (blok-a/bob)
Nia pemilik warung kelontong di Kecamatan Pakisaji Kabupten Malang (blok-a/bob)

“SKJ di Kota Malang dihadiri oleh ratusan pemilik warung dan kios pulsa yang tergabung di Juwara, sebuah komunitas warung terbesar di Indonesia milik Mitra Bukalapak,” ujarnya.

Peserta mendapatkan edukasi tentang wawasan terkait pengelolaan bisnis lewat Komunitas Juwara. Pengetahuan mendasar terkait cara memperluas jangkauan dan menarik pelanggan menjadi bekal kesuksesannya dalam mempromosikan berbagai produk virtual di warungnya seperti pulsa, token listrik, tagihan PDAM, pengisian e-wallet juga diberikan.

Dikatakan Becquini, Malang Raya menjadi salah satu tempat yang menurut Mitra Bukalapak cukup strategis, terutama di kawasan Kabupaten Malang. Pasalnya, perkembangan ekonomi dan potensi UMKM yang ada di sana cukup menjanjikan.

Menurut Becquini, UMKM merupakan salah satu tumpuan perekonomian nasional namun kerap dihadapkan dengan berbagai keterbatasan yang membuat industri ini kesulitan bersaing dengan bisnis besar. Keterbatasan tersebut mencakup keterbatasan pada akses permodalan serta pengetahuan dan infrastruktur untuk menumbuhkan bisnis.

Selain itu, bisnis kecil juga harus bersaing dengan retail modern untuk menarik pelanggan, sedangkan tidak semua pemilik usaha memiliki kemampuan mumpuni terkait pemasaran digital.

“Menjawab tantangan tersebut, Mitra Bukalapak menginisiasi program-program edukasi dan mengangkat berbagai topik pengembangan bisnis seperti branding dan loyalitas konsumen. Berbekal pengetahuan ini, para pemilik warung bisa menyusun ide-ide kreatif untuk meningkatkan daya saing serta mengembangkan bisnisnya lewat strategi-strategi yang sederhana namun efektif,” ujarnya.

Becquini menjelaskan, untuk menjadi anggota Mitra Bukalapak bisa mengunduh aplikasi lalu mendaftarkan akun di aplikasi tersebut. Pendaftar tidak harus memiliki warung karena di Mitra Bukalapak bisa melakukan transaksi jual beli pulsa. (bob)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?