Surabaya, blok-a.com – Pemerintah berkomitmen melakukan eliminasi penyakit tuberkulosis (TBC) pada 2023 dengan target penurunan mencapai 65/100.000 penduduk.
Temuan TBC di Jawa Timur totalnya mencapai 81.753 kasus. Sehingga Jatim masih menduduki posisi kedua paling atas untuk daerah dengan kasus TBC tertinggi di Indonesia.
Merujuk data nasional, jumlah penderita TBC di Indonesia naik pada 2022. Terdeteksi ada 717.941 kasus TBC di Indonesia pada 2022.
Jumlah itu melonjak 61,98% dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar 443.235 kasus.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Jumat (24/3/2023), saat peringatan hari TBC dunia, menegaskan mendukung penuh program pemerintah pusat.
Mengacu Perpres nomor 67 tahun 2021, Pemprov Jatim telah menerbitkan Pergub Jatim nomor 50 tahun 2022 tentang penanggulangan penyakit TBC.
Terbitnya Pergub itu menyusul adanya penemuan terduga TBC melalui aplikasi E-Tibi dan memberlakukan TB 06 di semua fasilitas layanan kesehatan.
Langkah ini dilakukan guna mencapai target temuan kasus TBC 90% dari estimasi kasus TBC nasional. Atau melakukan penemuan 16.700 kasus TBC per minggunya.
Selain itu, didukung seluruh fasilitas layanan kesehatan (Fayankes), melakukan screening.
“Intinya, jika semakin banyak yang terdeteksi sedini mungkin, penanganan juga semakin cepat. Karena penularannya lewat udara, maka screening sebanyak mungkin akan mengurangi jumlah penularan,” jelas Khofifah.
Untuk itu, Gubernur Khofifah kembali mengajak seluruh elemen, mulai dari nakes hingga masyarakat umum untuk semakin aware akan bahaya penyakit TBC.
“Mari satukan tekad dan perkuat inovasi dalam rangka mencapai eliminasi TBC 2030,” pungkasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Erwin Astha Triyono mengatakan, Dinkes Jatim juga telah melakukan berbagai upaya dalam penanggulangan TBC.
Pertama, mengintensifkan penemuan terduga TBC di masyarakat dengan skrining mandiri gejala TBC melalui aplikasi E-TIBI di tautan: https://dinkes.jatimprov.go.id/assesment-tbc/public/.
TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis melalui udara atau semburan air liur.
Penyakit ini kerap menyerang paru-paru dan dapat berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik.
Beberapa gejala TBC yang perlu diwaspadai yaitu batuk terus menerus (persisten), nyeri dada, sesak napas, demam, berkeringat di malam hari tanpa aktivitas, dan berat badan terus menurun.
“Jika masyarakat mengalami gejala tersebut, segera skrining mandiri melalui E-TIBI atau segera periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan setempat.” imbau dokter Erwin.
Upaya kedua, mengintensifkan kolaborasi lintas program diantaranya adalah TBC-HIV, TBC-DM (Diabetus Melitus), TBC-KIA (Kesehatan Ibu & Anak), TBC-PISPK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga) serta melibatkan unsur pentahelix dalam penanganan TBC di Jawa Timur.
Ketiga, mengoptimalkan penemuan kasus TBC secara aktif (investigasi kontak, skrining massal di sekolah, Lapas, pondok pesantren dan tempat kerja.
Keempat, membentuk Tim Distric Public Private Mix (DPPM) dan Koalisi Organisasi Profesi, uyTBC di kabupaten kota se Jawa Timur.
Kelima, melakukan ekspansi layanan TBC Resisten Obat di 21 rumah sakit dan dia 2023 ditargekan menjadi 33 rumah sakit layanan TBC resisten obat.
Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, Jawa Timur berhasil meraih beberapa capaian, antara lain penemuan terduga TBC di Jawa Timur pada 2022211 melebihi target 100% yang ditentukan yaitu mencapai 117%.
Sebelumnya di 2021, penemuan terduga TBC di Jawa Timur hanya mencapai 57%.
Selanjutnya, penemuan kasus TBC sebanyak 81.753 jiwa atau 76,02% dari target kasus yang diestimasikan yaitu 107.547 jiwa. Capaian ini meningkat dibandingkan 2021 yaitu 53.289 jiwa.
Berikutnya, treatment coverage atau kasus TBC ditemukan dan diobati pada 2022 telah mencapai 63,94% meningkat dibandingkan di 2021 yang hanya mencapai 45,08%.
Dengan jumlah temuan yang meningkat tersebut, maka angka keberhasilan pengobatan mencapai 89% dari target 90% pada 2022.(kim/lio)