Jember, blok-a – Angka stunting dan dispensasi nikah (Diska) di Kabupaten Jember tinggi di Jawa Timur (Jatim). Hal itu memantik Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI turun gunung.
BKKBN RI merealisasikan kick off training and fasilitator (TOF), orientasi tim pendamping keluarga (TPK) Provinsi Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Jember.
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan sesuai arahan Presiden, pemerintah fokus penurunkan angka kemiskinan ekstrem, angka stunting, angka kematian ibu (AKI), dan angka kematian bayi (AKB). Pada 2024 angka AKI, AKB, stunting dan kemiskinan ekstrem harus turun.
Untuk itu Pemerintah Kabupaten Jember membikin program pelayanan keluarga berencana di rumah sakit (PPKBRS).
Di RSD dr Subandi Jember per hari itu saja memasang KB implan sebanyak 75 akseptor dan 25 akseptor KB IUD.
Hasto, hadir langsung di Ruang Anturium di RSD dr Subandi Jember, Selasa (31/1/2023).
Jumlah penduduk Jember ada 2.6 juta jiwa. Satu tahun hampir 40.000 persalinan. Dari angka ini belum bisa mengakses layanan KB. Untuk itu BKKBN gencar ke program ibu melahirkan langsung pasang KB.
Sedang untuk menurunkan angka stunting dibentuk tim pendamping keluarga (TPK) , memantau stunting, keluarga berisiko stunting, calon pengantin dan keluarga baduta.
TPK di 2023 BKKBN memiliki program Kick off TOF TPK sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan TPK dalam menjalankan tugas. Kabupaten dengan angka stunting tertinggi di Jatim, maka pelaksanaan Kick off TOF TPK pertama di Jatim digelar di Jember.
“Angka stunting dan angka dispensasi nikah di Jember masih tinggi. Agar TPK bisa bekerja dengan baik maka TPK harus mendapatkan pelatihan. Di Jember ada 5600 TPK untuk keluarga stunting, keluarga berisiko stunting, calon pengantin,” ujarnya.
Mereka ini harus dilatih karena di sini jumlah penduduknya cukup besar. Tim fasilitator yang sudah dilatih akan melatih para TPK ini.
“Alhamdulillah gayung bersambut akan program bupati menurunkan angka stunting dan angka dispensasi nikah. Maka Bupati Jember diangkat sebagai Bapak Asuh Stunting ,” ujarnya.
Perlu diketahui, bahwa kendala menurunkan stunting dan diska, paling besar adalah culture.
Untuk merubah kebiasaan tidak mudah. Namun bisa mengubah mindset, dan harus serentak. Misal, satu kampung diberi bekal ilmu menu sehat memakai bahan sekitar.
“Kami punya program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dahsyat), ” jelasnya.
Sementara itu, Bupati Jember, Hendy Siswanto menjelaskan tinggi angka stunting dan angka dispensasi nikah di Jember menjadi program prioritas Pemkab Jember di 2023 ini.
“Rencananya, saya akan mengumpulkan 15 OPD untuk mengatur program percepatan penurunan angka stunting di Jember. Target di tahun 2023 turun maksimal dan zero stunting di 2024,” tegasnya.
Selain stunting, diska, AKI, AKB serta kemiskinan ekstrem menjadi program prioritas di 2023 ini.
“Semua turun termasuk saya, karena dijadikan Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) Kabupaten Jember maka saya akan mengkloning dirinya agar tercipta bapak asuh mencegah stunting,” ujar Hendy.(kim/lio)
Discussion about this post