Surabaya, blok-a.com – Kasus stunting atau kurang gizi kini tengah menjadi perhatian utama Pemerintah Indonesia. Pasalnya, tingginya kasus stunting dapat mengancam kegagalan visi generasi emas 2045.
Untuk itu, pemerintah tengah gencar mengajak seluruh elemen mencegah stunting. Salah satunya dengan memberi asupan makanan bergizi sejak 1000 hari pertama kehidupan (HPK) sampai lahir usia dua tahun.
Sesuai data Kemenkes, stunting adalah kondisi anak mengalami gangguan pertumbuhan, sebagai akibat dari masalah gizi kronis yaitu kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama.
Upaya yang bisa dilakukan adalah melalui peningkatan konsumsi protein hewani terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui dan balita.
Yang jelas protein hewani mengandung zat gizi lengkap, mulai asam amino, vitamin dan mineral yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sehingga, konsumsi protein hewani seperti daging, ikan, telur dan susu atau produk turunannya sangat baik dalam upaya penurunan stunting.
Ibu Wajib Konsumsi Makanan Bergizi
Dalam hal ini, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, mengajak masyarakat memerangi stunting di momentum peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-63 pada 2023, tiap 25 Januari.
Khofifah menegaskan bahwa perbaikan gizi ini sangat penting terutama pada 1.000 HPK sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia dua tahun.
Untuk itu mengonsumsi beragam makanan bergizi dan mengandung protein hewani setiap kali makan sangat dianjurkan.
Tidak hanya saat hamil, ibu menyusui juga harus mengonsumsi beraneka makanan bergizi utamanya protein hewani agar ASI-nya berkualitas.
Setelah bayi berusia 6 bulan, ASI dilanjutkan disertai dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang memenuhi syarat tepat waktu dan kaya protein hewani, aman dan diberikan dengan cara yang benar.
“Jadi pencegahan stunting ini tidak hanya dilakukan saat anak telah lahir, tapi harus dimulai sejak ibu hamil atau janin masih dalam kandungan. Kemudian saat ibu menyusui, konsumsi protein hewani juga dibutuhkan agar kualitas ASI tetap terjaga,” tukas Khofifah.
Kebutuhan pangan sumber protein hewani dalam piramida pedoman Gizi Seimbang, lanjut Khofifah, sebanyak 2-4 porsi perhari. Sebagai contoh daging ayam tanpa kulit 1 potong ukuran sedang yaitu 40 gram, telur ayam 1 butir yaitu 55 gram.
Susu sebagai bagian dari produk pangan hewani yang mudah dikonsumsi yaitu dengan diseduh air hangat serta mudah dan praktis untuk dikonsumsi.
Namun, beberapa orang mengalami diare atau intoleransi laktosa karena minum susu hewani maka bisa mengganti dengan telur, susu kedelai, dan ikan sebagai alternatifnya.
Berbagai upaya dilakukan dengan memenuhi kecukupan zat besi dan folat selama kehamilan dengan memberikan Suplementasi TTD (Tablet Tambah Darah) sebanyak 90 tablet pada seluruh ibu hamil, pemantauan tumbuh kembang balita secara rutin setiap bulan, memberikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) bagi ibu hamil KEK dan bagi balita kurus.
“Kemudian melakukan kegiatan imunisasi dasar lengkap bagi bayi. Edukasi dan konseling pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan. Serta setiap anak berusia 6 – 23 bulan mendapat makanan pendamping ASI yangemgandung gizi seimbang terutama protein hewani,” katanya.
Pemprov Jatim melalui Dinas Kesehatan Provinsi Jatim juga terus meningkatkan sosialisasi dan edukasi program ‘Isi Piringku’ di setiap posyandu di Jatim.
Hal ini untuk memperkenalkan kembali Isi Piringku sesuai kelompok umur sebagai solusi pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga.
Melalui edukasi ini masyarakat lebih paham pentingnya porsi gizi seimbang bagi ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan balita terutama pentingnya protein hewani. Edukasi ini akan dilakukan oleh kader yang didampingi Tenaga Kesehatan /tenaga Puskesmas.(kim/lio)
Discussion about this post