Saat Anak Muda Lebih Tertarik Buku Fisik Ketimbang Ebook, Pengunjung Pasar Buku Wilis Bertambah

Suasana anak muda di Kota Malang sedang berbelanja buku fisik di Pasar Buku Wilis, Rabu (21/2/2024) (blok-a/Satria Akbar Sigit)

Kota Malang, blok-a.com – Jaman sudah berubah. Segala sesuatu kini sudah terdigitalisasi dan terhubung ke internet. Namun ada satu hal yang tak berubah, yaitu minat atas buku fisik.

Walau di jaman sekarang sudah banyak tersedia eBook alias buku digital, namun minat terhadap buku cetak dan pamornya di masyarakat masih belum surut.

Buktinya, Pasar Buku Wilis masih menjadi salah satu jujugan para mahasiswa yang mencari buku cetak dengan berbagai genre.

Salah satunya Bella, mahasiswi Universitas Brawijaya ini masih berminat untuk mencari novel cetak walau novel digital sudah bertebaran di dunia maya.

“Beda sense-nya. Kalau baca buku cetak itu ada semacam feelingnya sendiri soalnya kertas, bukan hape,” ujarnya.

Ujaran lain datang dari M. Choirul, mahasiswa Universitas Negeri Malang yang menggunakan ilmu ekonomi sebagai alasan memilih buku cetak.

“Lebih murah. eBook tidak ada buku bekas, jadi beli baru semua hitungannya. Kalau buku begini yang bekas kan murah, isinya sama,” tuturnya.

Kedua mahasiswa tersebut juga mengaku lebih memilih membeli buku bekas secara online daripada menebus eBook berbayar. Salah satu alasannya, buku fisik dapat dijadikan sarana berbagi.

“Buku asli, sih. Kalau eBook cuma kita sendiri yang simpan, tidak bisa diakses orang lain. Kalau buku asli habis baca bisa kita simpan, berikan ke teman, atau mungkin diwariskan ke anak-cucu,” tutur Bella.

Pun begitu juga Choirul. “Ada fisiknya, jadi masih pilih buku,” ujar Choirul.

Para pedagang Pasar Buku Wilis pun mengaku sudah mulai belajar perilaku pasar tersebut. Oleh karena itu, mereka juga berinisiatif menjajakan buku secara online di marketplace.

“Semua yang di sini (pedagang di Pasar Buku Wilis) online, Mas,” tutur Udit, pedagang di kios K.20.

Hasil menjajakan buku secara online tersebut, menurut Udit, juga cukup besar. Bahkan hampir sama besarnya dengan menjajakan buku secara melapak di pasar.

“Unda-undi, online sama begini hampir sama. Bedanya Cuma kalau langsung datang saya tidak usah repot ngirim dan bisa membantu yang cari buku memilih,” jelas Udit. (mg1/bob)