Kota Malang, blok-a.com — Lulut Edi Santoso merupakan seorang kolektor barang antik berbau sejarah dan kebudayaan kuno.
Pria asal Malang ini mengaku memulai hobinya sejak dirinya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Sejak dahulu ia mengumpulkan buku-buku bekas berbau sejarah.
“Saya suka mengumpulkan buku-buku itu dari SD, biasanya beli gitu,” ujar Lulut dalam acara Adiksimba Fiesta Creative Book Fair di Pra Grand Launching MCC, Jumat (3/3/2023).
Sayangnya, buku-buku yang sudah ia kumpulkan telah dibuang oleh saudaranya.
Baca Juga: Manuskrip Berisi Mantra Terlarang Dipamerkan di MCC Malang, Pemilik Tidak Berani Buka
“Tapi sayang sekali, buku saya itu dibuang oleh ponakan saya,” jelasnya.
Lalu saat dirinya mengambil kuliah sarjana pendidikan di Kota Malang, Lulut mulai mengoleksi kembali buku-buku dengan kategori mewah.
“Saat kuliah S1 saya lanjutkan beli-beli buku di pasar dengan kategori mewah,” tuturnya.
Buku-buku yang ia beli berkisar hingga Rp 3 juta. Dirinya juga sempat melakukan kredit demi membeli buku tersebut.
“Dulu saya sampai kredit, padahal gaji saya waktu itu masih sekitar Rp 1 juta tapi kreditnya sampai Rp 3 juta,” terang Lulut.
Ia mengaku, semenjak mendapatkan gaji dan tunjangan guru yang cukup, 50% dari tunjangan guru yang didapatkan, ia alokasikan untuk mengoleksi artefak-artefak bersejarah.
Sejak saat itu ia mulai tertarik dengan naskah-naskah lama seperti dokumen bersejarah, manuskrip, hingga artefak berupa kalender logam yang digunakan oleh orang-orang kuno.
“Mulai dari situ saya menyukai manuskrip berbau sejarah dan budaya, tapi saya bingung belinya dimana,” kata Lulut.
Tiba-tiba, Dirinya bertemu dengan orang bernama Toni. Toni menawarkan sebuah manuskrip. Setelah Toni, ada teman lainnya yang menawarkan dua buah buku seharga Rp 3,5 juta yang bertuliskan aksara jawa namun isinya tentang negeri Cina.
“Lalu saya dapat dua buah buku harganya Rp 3,5 juta itu isinya cerita Cina yang menggunakan tulisan aksara jawa,” jelasnya.
Sejak saat itu akhirnya Lulut memiliki link untuk berburu manuskrip dan artefak-artefak lainnya.
Hingga saat ini, Lulut memiliki total koleksi manuskrip ada lebih dari 100, koleksi buku bermuatan sejarah masa kolonial belanda kisaran 1000 eksemplar, dokumen berupa lembaran ada sekitar 4000 lembar, buku lainnya lebih dari 3000 eksemplar.
Lulut saat ini memiliki sebuah perpustakaan yang bernama Perpustakaan Sejarah dan Kebudayaan Puspa Lulut yang berlokasi di Perumahan IKIP Tegalgondo Asri Blok 1K Nomor 7, Kabupaten Malang.
Perpustakaan milik Lulut sudah diakui oleh perpustakaan nasional dengan kategori perpustakaan khusus.
“Alhamdulillah saat ini perpustakaan nasional sudah mengakui perpustakaan saya dengan kategori perpustakaan khusus,” jelas Lulut.
Dirinya berharap dengan adanya perpustakaan kebudayaan, ia bisa memberikan edukasi kepada masyarakat agar bisa lebih mengenal bagaimana masyarakat Indonesia kuno bekerja.
“Harapan saya supaya masyarakat menjadi tahu bahwa masyarakat kuno sangat ahli dalam ilmu astrologi dalam perhitungan bintang, iklim, cuaca, dan lain sebagainya,” pungkasnya. (len/lio)