Ribuan Penari Gandrung Sewu Tampil Memukau di Pantai Boom Marina Banyuwangi

Ribuan penari Gandrung tampil di Pantai Boom Marina, Banyuwangi, Sabtu (26/10/2024).(blok-a.com/Kuryanto)
Ribuan penari Gandrung tampil di Pantai Boom Marina, Banyuwangi, Sabtu (26/10/2024).(blok-a.com/Kuryanto)

Banyuwangi, blok-a.com – Ribuan pasang mata dari berbagai daerah di Indonesia maupun mancanegara, berkumpul di Pantai Boom, Banyuwangi, Sabtu (26/10/2024) untuk menyaksikan penampilan 1.350 penari dalam Festival Gandrung Sewu.

Dengan tema “Payung Agung,” pagelaran kolosal ini sukses menarik perhatian banyak orang dan menampilkan kekayaan budaya Banyuwangi.

Festival Gandrung Sewu yang telah digelar sejak 2012 ini selalu mendapatkan antusiasme besar dari masyarakat.

Ribuan siswa dari jenjang SD hingga SMA di Kabupaten Banyuwangi berkompetisi ketat untuk bisa tampil di acara tahunan ini.

Pada tahun 2023, acara ini masuk sebagai salah satu unggulan dalam Kharisma Event Nusantara (KEN) dari Kementerian Pariwisata.

Festival ini mengangkat cerita kerukunan antarpenari Gandrung yang berasal dari berbagai suku di Banyuwangi, termasuk Using, Jawa, Madura, Mandar, dan Bali.

Setiap suku menampilkan tarian khas mereka yang diiringi lagu daerah, menciptakan pertunjukan yang unik dan memukau.

Heni (15), siswi SMA di Kecamatan Genteng, mengaku bahwa ini adalah tahun ketiganya tampil di Gandrung Sewu.

“Saya mengikuti seleksi Gandrung Sewu sejak masih sekolah SMP. Bersyukur selama mengikuti kontes saya selalu lolos,” kata Heni dengan penuh kebanggaan.

Untuk bisa lolos, Heni dan para peserta lainnya harus melewati seleksi dari tingkat sekolah hingga kabupaten.

Setelah terpilih, mereka menjalani pelatihan intensif di masing-masing dapil.

“Karena saya dasarnya memang hobi menari, rasanya senang sekali bisa ikut tampil di event ini meski pada saat latihan, benar-benar sangat menguras energi,” tambahnya.

Siti Aminah, ibu dari Heni, mengaku selalu mendukung hobi menari putrinya.

“Heni sudah keliatan suka dengan tari gandrung sejak usia 3 tahun,” ungkap Siti.

Sehari sebelum pementasan utama, sebanyak 1.350 penari gandrung menjalani ritual Meras Gandrung pada Jumat (25/10/2024).

Ritual sakral ini menandai kelulusan penari gandrung dan kesiapan mereka tampil di panggung.

Dalam sejarahnya, seorang gandrung tidak hanya berperan sebagai penari atau penghibur, tetapi juga dikenal sebagai sosok yang mampu menyembuhkan penyakit.

Para penari gandrung diwajibkan untuk mampu menjadi sinden selain menguasai tari gandrung.

Setelah dinyatakan lulus, mereka menjalani ritual minum ramuan gurah suara, yang berfungsi untuk membersihkan dahak dan lendir di tenggorokan, sehingga suara mereka menjadi lebih jernih.

Usai prosesi Meras Gandrung, malam harinya diadakan pertunjukan seni Wayang Gagrak Osing yang dibawakan oleh dalang Ki Sanggit Abhillawa M.Sn. dengan lakon “Prahara Sindurejo”.

Wayang ini menggunakan bahasa Osing, bahasa asli Banyuwangi, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton.

Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Taufik Rohman, menjelaskan bahwa Wayang Gagrak Osing adalah bentuk kesenian yang relatif baru di Banyuwangi.

“Wayang Gagrak Osing adalah kesenian wayang yang digelar dengan menggunakan bahasa Osing, musiknya juga Osing. Cuman karena masih baru, wayang yang kita gunakan masih minjam wayang Jawa,” kata Taufik.(kur/lio)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?