Kabupaten Malang, blok-a.com – Pagi hari yang cerah, Kastubi (48), mulai sibuk memilah-milah cacing demi menjemput cuan. Tentu saja, bisnis budidaya cacing yang digelutinya ini cukup menjanjikan.
Kastubi menjadi salah satu pengusaha ternak cacing di Kabupaten Malang yang terbilang sukses. Tak main-main, omzet jutaan rupiah bisa ia raih tiap minggunya.
Bukan cuma Kastubi, sebagian besar warga Desa Kasembon, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang juga menggeluti usaha yang sama.
Pamor Desa Kasembon sebagai pelopor ternak cacing pun mulai dikenal luas.
Beragam kalangan kini mulai berlomba-lomba mencari peruntungan dengan bekerja sebagai peternak maupun pengepul cacing.
Cacing tanah yang umum dibudidayakan adalah jenis ANC dan LR (Lumbricus Rubellus).
Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.
Tubuh cacing juga mengandung antibiotik/antibakteri yang sangat baik sehingga ampuh dijadikan obat berbagai macam penyakit.
Selain itu, cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai bahan baku kosmetik.
Kastubi bercerita, justru himpitan ekonomi-lah yang menjadi alasan terbesarnya untuk memulai terjun di dunia cacing.
Mulanya, ternak cacing hanya menjadi pekerjaan sampingannya. Namun setelah berjalan kurang lebih 1 tahun, tak disangka Kastubi dipercaya jadi pengepul cacing oleh peternak lainnya.
Bahkan, saat ini ia sudah memiliki 40 langganan peternak cacing di wilayah Kasembon.
Bisnis yang digeluti Kastubi ini kian dikenal dan memiliki konsumen luas.
Pemasarannya pun kini sudah memasuki luar Pulau Jawa. Kastubi bahkan bisa mengirim beberapa kuintal cacing setiap bulannya.
“Pengiriman paling banyak ke Jawa Tengah, ada Brebes, Klaten. Jawa Barat ada dari Tangerang, paling jauh sampai Kalimantan, Banjarmasin bisa hingga tujuh kuintal setiap pengiriman,” terang Kastubi saat ditemui Blok-a.com di kediamannya, Desa Kasembon, Bululawang, Kabupaten Malang, Kamis (9/03/2023).
Ternak cacing membuatnya bisa bertahan hidup dan membantu membangkitkan perekomian keluarga yang sempat mengalami keterpurukan di tahun 2016 silam.
Seperti pengusaha pada umumnya, Kastubi juga memiliki cerita perjalanan bisnis yang tak selalu mulus.
Suatu ketika, dirinya sempat ditipu hingga puluhan juta rupiah oleh rekan bisnisnya.
Hal tersebut membuatnya harus menanggung kerugian dan terpaksa berhutang ke bank.
“Rumah saya dulu sempet mau roboh. Ditipu sama rekan kerja juga. Ada pelanggan yang ambilnya dua ton perminggu, dia gak bayar berkali kali pengiriman, saya tagih kabur, saya collapse pemasukan. Rugi 40 jutaan tahun 2016 dulu, sampai akhirnya saya punya hutang,” tuturnya.
Namun, Kastubi tak pernah menyerah untuk terus mempertahankan bisnisnya. Bertahap, masa tersulitnya itu telah berlalu beberapa tahun silam.
Kini usahanya mulai lancar hingga ia mampu menggaet karyawan.
Meskipun pendapatan tak menentu, alias tergantung permintaan, namun omzet yang diraih terbilang tinggi setiap bulannya.
Kastubi dapat mengantongi laba sebesar Rp5 juta perminggunya. Jika dihitung perbulan, ia dapat mengantongi laba hingga sebesar Rp20 juta.
“Untuk penjualan biasanya saya ambil (laba) Rp3 ribu sampai dengan Rp4 ribu perkilogramnya. Saya ambil hasil labanya 1 ton Rp10 juta. Kemudian saya jualannya Rp15 juta. Ya jadi labanya saya 5 juta (perminggu),” bebernya.
Kedepannya, ayah dari dua anak ini berencana menambah karyawan untuk membantu proses packing dan pengayaan cacing dari para peternak. Sehingga mempercepat kerja dan pengiriman barang ke konsumen.
“Sekarang masih dua karyawan, dibantu istri sama anak jadi total lima. Menurut saya masih kewalahan. Mungkin insyaallah akan nambah karyawan lagi biar pengemasan lebih cepat dan cepat sampai ke konsumen,” pungkasnya.(ptu/lio)